Sunday, December 26, 2010

STRESS PADA REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu penyakit yang cukup trendy melanda anak-anak remaja kita saat ini adalah penyakit yang merupakan manifestasi dari stress, diantaranya depresi, kecemasan, pola makan tidak teratur, penyalahgunaan obat samapi penyakit yang berhubungan dengan fisik seperti pusing serta ngilu pada sendi. Sama halnya pada orang dewasa, stress bida berefek negative pada tubuh remaja, hanya saja perbedaannya ada pada sumbernya dan bagaimana mereka merespon ppenyakit tersebut. Reaksi mereka tersebut ditentukan oleh suasana dan kondisi kehidupan yang tengah mereka alami.
Kehidupan yang penuh stres pada saat ini seperti adanya nilai standar UNAS yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, bencana yang terjadi dimana-mana, dan berbagai peristiwa hidup yang menyedihkan dapat menyebabkan remaja mengalami depresi. Masih ingatkah Anda dengan kasus seorang remaja yang bunuh diri karena tidak lulus UNAS? Jika dicermati, kasus tersebut disebabkan karena depresi yang akhirnya berakibat pada bunuh diri. Perlu diketahui bahwa remaja pun bisa kena depresi dan kalau tidak diatasi, episode depresi dapat berlanjut hingga remaja tersebut dewasa. Tetapi yang paling membahayakan dari depresi adalah munculnya ide bunuh diri atau melakukan usaha bunuh diri. Hinton (1989) mengatakan bahwa meskipun depresi yang diderita tidak parah namun risiko untuk bunuh diri tetap ada. Oleh karena itu, Anda sebagai orangtua atau rekan yang dekat dengan remaja penderita stress atau depresi harus mengetahui apa sebenarnya depresi itu dan apa saja gejala-gejalanya sehingga dapat memotivasi remaja atau pun bersama-sama mengatasi masalah dan mencari pertolongan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan stress atau depresi?
2. Apa saja gejala-gejala stress atau depresi pada remaja?
3. Bagaimana dampak stress pada remaja?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi stress?
5. Bagaimana cara menanggulangi stress pada remaja?
C. Rumusan Tujuan
1. Menjelaskan pengertian stress.
2. Menjelaskan gejala gejala stress pada remaja.
3. Menjelaskan dampak stress pada remaja.
4. Memberikan solusi untuk mengatasi stress.
5. Menjelaskan cara menanggulangi stress pada remaja.
D. Manfaat
Menambah wawasan kita tentang stress, dan mengenal berbagai dampak yang diakibatkannya serta solusi untuk mengatasi.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian depresi dan stress
Menurut American Psychiatric Association, depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dan lain-lain. Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa stress lebih banyak dialami oleh remaja? Hal ini disebabkan remaja cenderung memperhatikan citra tubuhnya, rentan mengalami peristiwa yang penuh stres, mengalami tekanan dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Hinton (1989) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal, perubahan tingkat dan pola hubungan social sehingga remaja cenderung mempersepsikan orang tua secara berbeda. Selain itu, masa pertumbuhan remaja, jarang yang berlangsung dengan lancar. Banyak masalah yang terjadi dan bisa makin serius hingga menyebabkan depresi yang berkepanjangan. Remaja yang mengalami depresi akan menjadi apatis dan menyalahkan dirinya sendiri sehingga merasa enggan untuk mencari pertolongan.
Stres adalah suatu perasaan yang sangat mendalam yang menekan seseorang ketika ia memiliki sesuatu yang belum tercapai, tapi ada hambatannya. Karena tekanan ini, bisa jadi aktivitas orang yang bersangkutan jadi terganggu.
Stres tak selalu berdampak negatif. Sebab, ada juga stres yang justru bisa meningkatkan motivasi kerja seseorang. Biasanya yang seperti ini stres-nya masih dalam taraf normal. Tapi ketika stresnya sangat tinggi, akan membuat orang tidak berdaya, atau malah membuat orang bertingkah laku di luar kebiasaan.
Dalam dunia remaja penyebab stres biasanya terkait dengan hal-hal yang mereka harapkan. Misalnya, orang tua berharap anaknya berprestasi bagus di sekolah, tapi ternyata si anak tidak mampu memenuhi harapan itu. Anak pun jadi stres.
B. Gejala stress pada remaja
Sama halnya pada orang dewasa, stres bisa berefek negatif pada tubuh remaja. Hanya saja perbedaannya ada pada sumbernya dan bagaimana mereka merespon penyakit tersebut. Reaksi mereka tersebut ditentukan oleh suasana dan kondisi kehidupan yang tengah mereka alami.
Stres pada anak remaja umumnya dipicu dari beberapa kejadian. Misalnya kehilangan orang atau sesuatu yang disayangi, konflik keluarga seperti perceraian atau pertengkaran orang tua, kegagalan, dan penyebab lainnya.
Depresi sendiri berbeda dengan rasa sedih, kecewa atau berkabung. Tiga reaksi terakhir adalah sesuatu yang wajar umum terjadi apabila seseorang mengalami kekecawaan atau kehilangan sesuatu yang berharga, termasuk mengalami peristiwa yang sangat traumatik.
Biasanya reaksi seperti itu akan berakhir dengan sendirinya seiring dengan waktu dan berkat dorongan dari orang-orang terdekat. Seseorang yang dalam waktu tempo normal tidak bisa bangkit dari perasaan-perasaan tersebut maka kemungkinan besar orang tersebut mengalami depresi.
Sayangnya banyak orang yang masih salah dalam mengenali gejala awal dari depresi ini, yang memang mirip dengan gejala flu, gangguan tidur atau makan. Satu hal yang penting dicermati adalah remaja punya kecenderungan untuk merespon stres berdasarkan situasi dan kondisi mereka pada saat itu juga.
Anda dapat mengetahui apakah anak Anda mengalami depresi atau tidak maka Anda perlu mengetahui gejala-gejala depresi pada remaja. Bagaimana gejala-gejala depresi yang dialami remaja? Beberapa gejala-gejala depresi pada remaja, yaitu:
1. Kehilangan minat dan kegembiraan pada hampir semua aktivitas dan hal ini hampir terjadi setiap hari.
2. Berat badan mengalami penurunan drastis, padahal tidak sedang melalukan diet. Atau justru mengalami peningkatan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan. Atau mengalami penurunan atau justru peningkatan nasfu makan hampir setiap hari.
3. Mengalami insomnia (kesulitan tidur) atau hipersomnia (suka tidur atau lebih banyak tidur) hampir setiap hari.
4. Mengalami penurunan minat dalam melakukan aktivitas yang terjadi hampir setiap hari dan kehilangan energi hampir setiap hari.
5. Merasa dirinya tidak berharga atau merasa bersalah yang berlebihan.
6. Kehilangan kemampuan untuk berpikir dan berkonsentrasi.
7. Munculnya perasaan sedih hampir setiap hari.
8. Munculnya pikiran-pikiran tentang kematian, ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana, atau adanya usaha percobaan bunuh diri, atau adanya rencana spesifik untuk bunuh diri.
Dengan demikian, remaja yang mengalami depresi akan cenderung mengalami insomnia atau cenderung lebih banyak tidur, mengalami gangguan nafsu makan, muncul ide bunuh diri, mengalami gangguan fungsi sosial, lebih mudah tersinggung, mengalami kesulitan untuk mengekspresikan emosinya.
Pada orang stres, gejalanya adalah diare. Ini terjadi karena gerakan usus yang diatur oleh saraf menjadi lebih cepat daripada biasanya. Akibatnya, timbul gejala seperti nyeri perut atau diare.
Faktor lainnya yang juga berperan banyak adalah lingkungan tempat tinggal dan bekerja. Pencemaran, kebisingan, kemacetan, lingkungan yang kumuh dan sampah di jalanan dapat menciptakan frustasi pada masyarakat yang tinggal.
Stres yang disebabkan oleh lingkungan macam ini dapat membangkitkan rasa marah dan agresi.Sedangkan orang dewasa sering mengalami stres karena masalah hidup di kota, pekerjaan yang bersaing dan menuntut serta hubungan dalam keluarga.
C. Dampak stress pada remaja
Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian. Remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya.


D. Solusi untuk mengatasi depresi atau stress
Karena mereka masih minim pengalaman dalam meletakkan segala sesuatu secara perspektif maka mereka pun jadi cenderung untuk melihat ke hal-hal yang lebih sepele sifatnya. Solusinya adalah dengan membiasakan anak-anak remaja kita untuk bereaksi secara sehat, yang tentunya harus dicontohkan pula oleh lingkungannya.
Cara yang lain, lanjutnya, bereaksi secara sehat. Misalnya dengan mengekpresikan segala sesuatu dengan wajar (tidak menangis atau berteriak), melatih tehnik relaksasi dengan musik, meditasi dan olah raga, serta membiasakan untuk berpikir secara seimbang sehingga mereka tidak membesar-besarkan suatu masalah.
Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi/mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu:
1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Psychodinamic Psychotherapy
Psychodinamic Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami.
3. Interpersonal Psychoterapy
Interpersonal Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma, kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi.
Banyak factor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja saat awal mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Mengapa? Karena dalam terapi keluarga, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang lebih sehat.
E. Menanggulangi stress pada remaja
Stres pada remaja dapat diatasi baik di dalam maupun di luar rumah. Langkah pertama dalam mengatasi stres pada remaja adalah mengidentifikasi penyebab dari stres mereka. Dugaan bahwa tidak ada alasan fisik untuk stres pada remaja harus dihindari.
Remaja harus diizinkan untuk berbicara dengan bebas tentang masalah mereka dan mereka harus diberi dukungan. Orang dewasa disekitarnya harus membantu dan mengajarinya tentang metode penghilang stres dan membuat target yang realistik untuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler mereka.
Orang tua atau guru harus meminta remaja untuk mendefinisikan stres menurut mereka, memberikan contoh suatu kejadian dan menanyakan tentang respon mereka terhadap kejadian itu. Berikan saran tentang respon stres yang normal dan jelaskan tentang cara untuk menangani stres. Terangkan kepada mereka bahwa stres yang berbeda akan memberi respon yang berbeda pada orang yang berbeda. Juga beri masukan untuk menghindari metode yang tidak sehat dalam mengatasi stres seperti; bertengkar, penggunaan alkohol atau narkoba.
Selama dalam keadaan stres yang dialaminya, dukungan penuh harus diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Remaja, seperti anak-anak dan beberapa orang dewasa, belumlah siap untuk mengatasi masalah-masalah besar sendirian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dan lain-lain.
Stres adalah suatu perasaan yang sangat mendalam yang menekan seseorang ketika ia memiliki sesuatu yang belum tercapai, tapi ada hambatannya. Karena tekanan ini, bisa jadi aktivitas orang yang bersangkutan jadi terganggu.

B. Saran

Apabila anak remaja Anda mulai bersikap aneh, seperti khawatir yang berlebihan, sering marah atau sedih yang berkepanjangan, maka tindakan yang perlu dilakukan sederhana saja, yitu dengarkan mereka. Cobalah untuk merespon dengan mendengarkan keluhan yang ada dan menolong mereka untuk mencari solusi sendiri. Kalau kita terlalu bersikap protektif, yakni selalu menyelesaikan setiap masalah mereka atau menyuruh mereka melakukan apa yang harus dilakukan, bisa jadi nanti anak remaja kita tidak akan pernah merasa aman dengan dirinya sendiri. Berikan contoh-contoh jalan keluar yang selama ini sukses Anda jalani, tapi jangan sekali-kali memaksa mereka untuk menirunya. Biarkan mereka berinisiatif sendiri untuk mencoba mana yang terbaik bagi mereka degan Anda sebagai wasitnya. Apabila semua solusi di atas masih belum berhasil juga mengeluarkan anak remaja kita dari masalah stress dan menjerat, maka cobalah untuk meminta bantuan kepada para profesional. Banyak remaja yang berhasil sembuh dari penyakit stress berkat arahan dari pihak konseling.

No comments:

Post a Comment