Sunday, December 26, 2010

KELENJAR SUPRARENALIS/ADRENAL

Kelenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Kelenjar suprarenal terbagi atas 2 bagian yaitu:
1. Bagian luar yang berwarna kekuningan menghasilkan kortisol yang disebut korteks.
2. Bagian medulla menghasilakn adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin).
Zat-zat tadi disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut serta dalam keadaan afiksia dan kelaparan.pengeluaran yang bertambahitu menaikan tekanan darah guna melawan syok. Noradrenalin menaikan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darahuntuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolism karbohidrat dengan jalan menmbah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa hormone terpenting yang disekresi oleh oleh korteks adrenal adalah hidrokortison, aldosteron, dan kortikosteron.semuanya bertalian erat dengan metabolism, pertumbuhn fungsi ginjal, dan fungsi otot.
Pada insufisiensi adrenal (penyakti Addison) pasien menjadi kurus dan Nampak sakit paling lemah, terutama karena tidak adanya hormone ini. Sedangkan ginjal gagal menyimpan natrium dalam jumlah terlampau banyak. Penyakti ini diobati dengan kortison. Hipofungsi menyebabkan penyakit Addison. Hiperfungsi adalah kelainan yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan tumor suprarenal bagian korteks dengan gejala pada wanita biasa terjadi gangguan pertumbuhan seks sekunder.
Fungsi kelenjar suprarenalis (Korteks)
1. Mengatur kerimbangan air, elektrolit, dan garam-garam.
2. Mengatur/memengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang, dan protein.
3. Memengaruhi aktivitas jaringan limfoid.
Fungsi kelenjar suprarenalis (Medula)
1. Vasokontrikso pembuluh darah perifer.
2. Relaksasi bronkus.
3. Kontraksi selaput lender dan arteriole pada kulit sehingga berguna untuk mengurangi peredaran darah pada operasi kecil.
Fisiologi kelenjar Suprarenal
Glukokortikoid
Fungsinya:
1. Meningkatkan kegiatan metabolism berbagai zat dalam tubuh.
• Meningkatkan glikogenesis dan glukogenesis dalam hati.
• Meningkatkan metabolism protein terutama di otot dan tulang.
• Menignkatkan sistesis DNA dan RNA dalam sel hati.
• Menahan ion Na dan ion Cl, meningkatkan ion K di ginjal.
• Meningkatkan lipolisis jaringan perifer, deposit lemak.
2. Menurunkan ambang rangsang susunan saraf pusat.
3. Mengiatkan sekresi asam lambung.
4. Menguatkan efek noradrenalin terhadap pembuluh darah dan merendahkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
5. Menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan menghambat pembentukan antobodi.
6. Menghambat pelepasan histamine dalam reaksi darah.
Hepersekresi glukokortikoid:
1. Hiperglikemia, peningkatan kadar gula dalam darah.
2. Otot rangka menjadi artropi dan lemah.
3. Tangan dan kakikururs, perut membesar.
4. Luka sukar sembuh, rotein tulang berkurang (osteoporosis).
5. Retensi ion menyebabkan hipertensi.
Mineralokortikoid
Meningkatkan retensi eksresi ion K di ginjal (tubulus distal dan tubulus koligentes), meningkatkan retensi Na di kelenjar keringat dan saluran pencernaan. Pada ginjal, aldosteron meningkat.
Pengaturan mineralokortikoid:
1. Renin-angiotensin, merangsang sel-sel zona glomerulus korteks adrenal untuk melepaskan aldosteron, meningkatkan rentensi Na, Cl, dan air.
2. Kadar ion Na, K dan plasma. Apabila ion Na plasma menurun dan ion K plasma naik, maka sekresi aldosteron meningkat.
3. ACTH dalam dosis yang kecil.perannya sangat kecil hanya dalam konsentrasi yang tinggi merangsang pelepasan aldosteron.
Kelainan mineralokortikoid:
1. Insufisiensi adrenal, Na banyak terbuang, kadar ion K plasma meningkat, vulume plasma rendah, dan tekanan darah turun.
2. Hiperaldosteron primer, aldosteron berl;ebihan dengan gejala, hepernatremia, hipertensi tanpa edema, hipokalemia, dan otot lemah.
Efek pada hormon kelamin:
1. Androgen, terutama ketostiroid, dehidroapialdosteron: maskulinisasi meningkatkan anabolisme protein dan merangsang pertumbuhan.
2. Estrogen pada keadaan fisiologis tidak mempunyai efek feminisasi.
Kelainan fungsi korteks adrenal: hipofungsi, penyakit Addison (kerusakan seluruh zona), hiperfungsi, sindrom Cushing, hiperlaldosteron, dan sindrom androgenital maskulin pada wanita, feminisasi pada laki-laki.
Fungsi epineprin dan norepineprin
1. Sistemkardiovakular: vasodilatasi arteriole, menambah frekuensi dan kontraksi otot jantung dan memperbesar curah jantung.
2. Otot polos visera: relaksasi otot polos, lambung, usus, vesika urinaria, dan relaksasi otot polos bronkus.
Efek metabolisme epinefrin:
1. Dalam hati menstimulasi pemecahan glikogen, menaikkan kadar gula.
2. Dalam otot menambah pemecahan glikogen melalui penambahan AMP (Adrenosin Monophospat).
3. Dalam jaringan lemak, lipolisis (pemecahan lemak) mengakibatkan pelepasan asam amino dan gliserol dalam darah.
4. Dalam pankreas menghalangi pelepasan insulin.
5. Keadaan darurat epinefrin dipakai untuk:
• Melepaskan asam amino dari jaringan menjadi bahan pembakar.
• Mobilisasi glukosa dengan menambah glikogenesis.
• Mengurangi pelepasan insulin menghindari pemakaian glukosa.
Pengaturan sekresi katekolamin
Perangsangan sistem saraf simpatis melepaskan noradrenalin dan adrenalin dari kelenjar adrenal. Pada keadaan tertentu dapat merangsang pelepasa katekolamin dari medulla adrenal (keadaan darurat) dengan gejala:
a. Marah, dingin, dan rasa takut.
b. Keadaan glukosa plasma rendah (hipoglikemia).
c. Tekanan darah rendah (hipotensi).
d. Anoksia otak (kekurangan oksigen di otak).
e. Asfiksia
f. Meningkatkan kadar angiotensin.
Efek katekolamin berupa penggiatan reseptor beta, meningkatkan sintesis siklik AMP yang menimbulkan oengaruh inhibisi (menghambat proses pada sel yang bersangkutan) kecuali otot jantung, dan meningkatkan senyawa atom:
a. Meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
b. Meningkatkan glikogenesis (meningkatkan gula darah)
c. Meningkatkan metabolisme oksidatif glukosa dalam sel.
d. Meningkatkan pembentukan energi dan panas.
Kelainan fungsi kelenjar medulla adrenal
Hiperfungsi dapat disebabkan oleh tumor yang berasal dari luar kelenjar suprarenal, kadang juga ditemukan neuroblatom, ganglio neuroblastoma berasal dari jaringan saraf simpatis.
Hipofungsi medulla ditemukan pada kelainan yang menyebabkan gejala klinis dari hipofungsi medulla suprarenal.
Neuroplasma kelenjar medulla adrenal bergantung pada jumlah katekolamin yang dilepaskan dan cara pelepasan (hipertensi, tumor dan palpitasi)gejala ini menyangkut gangguan pada berbagai metabolisme.

PROSES PEMBENTUKAN URINE BY: dr. PUTU PURNAMA S.

Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus. Sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter.
Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Ada tiga tahap pembentukan urine:
a. Proses Filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferan lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang disaring ditampung oleh simpai Bowma yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll yang diteruskan ke tubulus ginjal.
b. Proses Reabsorbsi
Pada prose ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses Sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika uriaria.

STRESS PADA REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu penyakit yang cukup trendy melanda anak-anak remaja kita saat ini adalah penyakit yang merupakan manifestasi dari stress, diantaranya depresi, kecemasan, pola makan tidak teratur, penyalahgunaan obat samapi penyakit yang berhubungan dengan fisik seperti pusing serta ngilu pada sendi. Sama halnya pada orang dewasa, stress bida berefek negative pada tubuh remaja, hanya saja perbedaannya ada pada sumbernya dan bagaimana mereka merespon ppenyakit tersebut. Reaksi mereka tersebut ditentukan oleh suasana dan kondisi kehidupan yang tengah mereka alami.
Kehidupan yang penuh stres pada saat ini seperti adanya nilai standar UNAS yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, bencana yang terjadi dimana-mana, dan berbagai peristiwa hidup yang menyedihkan dapat menyebabkan remaja mengalami depresi. Masih ingatkah Anda dengan kasus seorang remaja yang bunuh diri karena tidak lulus UNAS? Jika dicermati, kasus tersebut disebabkan karena depresi yang akhirnya berakibat pada bunuh diri. Perlu diketahui bahwa remaja pun bisa kena depresi dan kalau tidak diatasi, episode depresi dapat berlanjut hingga remaja tersebut dewasa. Tetapi yang paling membahayakan dari depresi adalah munculnya ide bunuh diri atau melakukan usaha bunuh diri. Hinton (1989) mengatakan bahwa meskipun depresi yang diderita tidak parah namun risiko untuk bunuh diri tetap ada. Oleh karena itu, Anda sebagai orangtua atau rekan yang dekat dengan remaja penderita stress atau depresi harus mengetahui apa sebenarnya depresi itu dan apa saja gejala-gejalanya sehingga dapat memotivasi remaja atau pun bersama-sama mengatasi masalah dan mencari pertolongan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan stress atau depresi?
2. Apa saja gejala-gejala stress atau depresi pada remaja?
3. Bagaimana dampak stress pada remaja?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi stress?
5. Bagaimana cara menanggulangi stress pada remaja?
C. Rumusan Tujuan
1. Menjelaskan pengertian stress.
2. Menjelaskan gejala gejala stress pada remaja.
3. Menjelaskan dampak stress pada remaja.
4. Memberikan solusi untuk mengatasi stress.
5. Menjelaskan cara menanggulangi stress pada remaja.
D. Manfaat
Menambah wawasan kita tentang stress, dan mengenal berbagai dampak yang diakibatkannya serta solusi untuk mengatasi.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian depresi dan stress
Menurut American Psychiatric Association, depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dan lain-lain. Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa stress lebih banyak dialami oleh remaja? Hal ini disebabkan remaja cenderung memperhatikan citra tubuhnya, rentan mengalami peristiwa yang penuh stres, mengalami tekanan dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Hinton (1989) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal, perubahan tingkat dan pola hubungan social sehingga remaja cenderung mempersepsikan orang tua secara berbeda. Selain itu, masa pertumbuhan remaja, jarang yang berlangsung dengan lancar. Banyak masalah yang terjadi dan bisa makin serius hingga menyebabkan depresi yang berkepanjangan. Remaja yang mengalami depresi akan menjadi apatis dan menyalahkan dirinya sendiri sehingga merasa enggan untuk mencari pertolongan.
Stres adalah suatu perasaan yang sangat mendalam yang menekan seseorang ketika ia memiliki sesuatu yang belum tercapai, tapi ada hambatannya. Karena tekanan ini, bisa jadi aktivitas orang yang bersangkutan jadi terganggu.
Stres tak selalu berdampak negatif. Sebab, ada juga stres yang justru bisa meningkatkan motivasi kerja seseorang. Biasanya yang seperti ini stres-nya masih dalam taraf normal. Tapi ketika stresnya sangat tinggi, akan membuat orang tidak berdaya, atau malah membuat orang bertingkah laku di luar kebiasaan.
Dalam dunia remaja penyebab stres biasanya terkait dengan hal-hal yang mereka harapkan. Misalnya, orang tua berharap anaknya berprestasi bagus di sekolah, tapi ternyata si anak tidak mampu memenuhi harapan itu. Anak pun jadi stres.
B. Gejala stress pada remaja
Sama halnya pada orang dewasa, stres bisa berefek negatif pada tubuh remaja. Hanya saja perbedaannya ada pada sumbernya dan bagaimana mereka merespon penyakit tersebut. Reaksi mereka tersebut ditentukan oleh suasana dan kondisi kehidupan yang tengah mereka alami.
Stres pada anak remaja umumnya dipicu dari beberapa kejadian. Misalnya kehilangan orang atau sesuatu yang disayangi, konflik keluarga seperti perceraian atau pertengkaran orang tua, kegagalan, dan penyebab lainnya.
Depresi sendiri berbeda dengan rasa sedih, kecewa atau berkabung. Tiga reaksi terakhir adalah sesuatu yang wajar umum terjadi apabila seseorang mengalami kekecawaan atau kehilangan sesuatu yang berharga, termasuk mengalami peristiwa yang sangat traumatik.
Biasanya reaksi seperti itu akan berakhir dengan sendirinya seiring dengan waktu dan berkat dorongan dari orang-orang terdekat. Seseorang yang dalam waktu tempo normal tidak bisa bangkit dari perasaan-perasaan tersebut maka kemungkinan besar orang tersebut mengalami depresi.
Sayangnya banyak orang yang masih salah dalam mengenali gejala awal dari depresi ini, yang memang mirip dengan gejala flu, gangguan tidur atau makan. Satu hal yang penting dicermati adalah remaja punya kecenderungan untuk merespon stres berdasarkan situasi dan kondisi mereka pada saat itu juga.
Anda dapat mengetahui apakah anak Anda mengalami depresi atau tidak maka Anda perlu mengetahui gejala-gejala depresi pada remaja. Bagaimana gejala-gejala depresi yang dialami remaja? Beberapa gejala-gejala depresi pada remaja, yaitu:
1. Kehilangan minat dan kegembiraan pada hampir semua aktivitas dan hal ini hampir terjadi setiap hari.
2. Berat badan mengalami penurunan drastis, padahal tidak sedang melalukan diet. Atau justru mengalami peningkatan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan. Atau mengalami penurunan atau justru peningkatan nasfu makan hampir setiap hari.
3. Mengalami insomnia (kesulitan tidur) atau hipersomnia (suka tidur atau lebih banyak tidur) hampir setiap hari.
4. Mengalami penurunan minat dalam melakukan aktivitas yang terjadi hampir setiap hari dan kehilangan energi hampir setiap hari.
5. Merasa dirinya tidak berharga atau merasa bersalah yang berlebihan.
6. Kehilangan kemampuan untuk berpikir dan berkonsentrasi.
7. Munculnya perasaan sedih hampir setiap hari.
8. Munculnya pikiran-pikiran tentang kematian, ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana, atau adanya usaha percobaan bunuh diri, atau adanya rencana spesifik untuk bunuh diri.
Dengan demikian, remaja yang mengalami depresi akan cenderung mengalami insomnia atau cenderung lebih banyak tidur, mengalami gangguan nafsu makan, muncul ide bunuh diri, mengalami gangguan fungsi sosial, lebih mudah tersinggung, mengalami kesulitan untuk mengekspresikan emosinya.
Pada orang stres, gejalanya adalah diare. Ini terjadi karena gerakan usus yang diatur oleh saraf menjadi lebih cepat daripada biasanya. Akibatnya, timbul gejala seperti nyeri perut atau diare.
Faktor lainnya yang juga berperan banyak adalah lingkungan tempat tinggal dan bekerja. Pencemaran, kebisingan, kemacetan, lingkungan yang kumuh dan sampah di jalanan dapat menciptakan frustasi pada masyarakat yang tinggal.
Stres yang disebabkan oleh lingkungan macam ini dapat membangkitkan rasa marah dan agresi.Sedangkan orang dewasa sering mengalami stres karena masalah hidup di kota, pekerjaan yang bersaing dan menuntut serta hubungan dalam keluarga.
C. Dampak stress pada remaja
Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian. Remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya.


D. Solusi untuk mengatasi depresi atau stress
Karena mereka masih minim pengalaman dalam meletakkan segala sesuatu secara perspektif maka mereka pun jadi cenderung untuk melihat ke hal-hal yang lebih sepele sifatnya. Solusinya adalah dengan membiasakan anak-anak remaja kita untuk bereaksi secara sehat, yang tentunya harus dicontohkan pula oleh lingkungannya.
Cara yang lain, lanjutnya, bereaksi secara sehat. Misalnya dengan mengekpresikan segala sesuatu dengan wajar (tidak menangis atau berteriak), melatih tehnik relaksasi dengan musik, meditasi dan olah raga, serta membiasakan untuk berpikir secara seimbang sehingga mereka tidak membesar-besarkan suatu masalah.
Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi/mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu:
1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Psychodinamic Psychotherapy
Psychodinamic Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami.
3. Interpersonal Psychoterapy
Interpersonal Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma, kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi.
Banyak factor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja saat awal mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Mengapa? Karena dalam terapi keluarga, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang lebih sehat.
E. Menanggulangi stress pada remaja
Stres pada remaja dapat diatasi baik di dalam maupun di luar rumah. Langkah pertama dalam mengatasi stres pada remaja adalah mengidentifikasi penyebab dari stres mereka. Dugaan bahwa tidak ada alasan fisik untuk stres pada remaja harus dihindari.
Remaja harus diizinkan untuk berbicara dengan bebas tentang masalah mereka dan mereka harus diberi dukungan. Orang dewasa disekitarnya harus membantu dan mengajarinya tentang metode penghilang stres dan membuat target yang realistik untuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler mereka.
Orang tua atau guru harus meminta remaja untuk mendefinisikan stres menurut mereka, memberikan contoh suatu kejadian dan menanyakan tentang respon mereka terhadap kejadian itu. Berikan saran tentang respon stres yang normal dan jelaskan tentang cara untuk menangani stres. Terangkan kepada mereka bahwa stres yang berbeda akan memberi respon yang berbeda pada orang yang berbeda. Juga beri masukan untuk menghindari metode yang tidak sehat dalam mengatasi stres seperti; bertengkar, penggunaan alkohol atau narkoba.
Selama dalam keadaan stres yang dialaminya, dukungan penuh harus diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Remaja, seperti anak-anak dan beberapa orang dewasa, belumlah siap untuk mengatasi masalah-masalah besar sendirian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dan lain-lain.
Stres adalah suatu perasaan yang sangat mendalam yang menekan seseorang ketika ia memiliki sesuatu yang belum tercapai, tapi ada hambatannya. Karena tekanan ini, bisa jadi aktivitas orang yang bersangkutan jadi terganggu.

B. Saran

Apabila anak remaja Anda mulai bersikap aneh, seperti khawatir yang berlebihan, sering marah atau sedih yang berkepanjangan, maka tindakan yang perlu dilakukan sederhana saja, yitu dengarkan mereka. Cobalah untuk merespon dengan mendengarkan keluhan yang ada dan menolong mereka untuk mencari solusi sendiri. Kalau kita terlalu bersikap protektif, yakni selalu menyelesaikan setiap masalah mereka atau menyuruh mereka melakukan apa yang harus dilakukan, bisa jadi nanti anak remaja kita tidak akan pernah merasa aman dengan dirinya sendiri. Berikan contoh-contoh jalan keluar yang selama ini sukses Anda jalani, tapi jangan sekali-kali memaksa mereka untuk menirunya. Biarkan mereka berinisiatif sendiri untuk mencoba mana yang terbaik bagi mereka degan Anda sebagai wasitnya. Apabila semua solusi di atas masih belum berhasil juga mengeluarkan anak remaja kita dari masalah stress dan menjerat, maka cobalah untuk meminta bantuan kepada para profesional. Banyak remaja yang berhasil sembuh dari penyakit stress berkat arahan dari pihak konseling.

SADOMASOKISME

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyimpangan seksual merupakan bentuk perbuatan menyimpang dan melanggar norma dalam kehidupan masyarakat. Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual yang tidak wajar. Salah satu bentuk penyimpangan seksual adalah sadomasokisme. Sebuah penyimpangan seksual. Biasanya pengidapnya memiliki masa lalu nan suram, terbiasa dengan kekerasan, dan kurang kasih sayang. Sebuah kenikmatan yang diperoleh dengan cara yang berbeda yakni menyakiti dan sebaliknya justru ada yang malah senang karena baru merasa nikmat setelah disakiti.
Konsep sadomasokisme merupakan gabungan antara sadisme dengan masokisme yang terus meluas seiring dengan perkembangan seksualitas manusia. Sadomasokisme saat ini tidak hanya dipandang sebagai suatu penyimpangan, melainkan dapat dilihat sebagai preferensi atau variasi seksual, gaya hidup atau hubungan, metode pencapaian puncak spiritualitas, pelepas ketegangan dan bahkan, tak mesti melibatkan elemen seksual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab penyimpangan perilaku seksual?
2. Pengertian sadisme
3. Pengertian masokisme
4. Bagaimana cara mengatasi perilaku menyimpang tersebut?
C. Rumusan Tujuan
1. Menjelaskan penyebab penyimpangan perilaku seksual
2. Menjelaskan pengertian sadisme
3. Menjelaskan pengertian masokisme
4. Menjelaskan solusi untuk mengatasi perilaku menyimpang tersebut?
D. Manfaat
Menambah wawasan kita megenai perilaku penyimpangan seksual, khususnya tentang sadosmasokisme yang kegiatannya menimbulkan kekerasan bagi pelaku seks tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab peyimpangan perilaku seksual
Susan Noelen Hoeksema dalam bukunya Abnormal Psychology, mengatakan bahwa perilaku penyimpangan seksual 90% lebih diderita oleh pria. Namun, saat para peneliti mencoba menemukan ketidaknormalan pada hormon testoteron ataupun hormon-hormon lainnya yang diduga menjadi penyebab perilaku seks menyimpang, hasilnya tidak konsisten. Artinya, kecil kemungkinan perilaku seks menyimpang disebabkan oleh ketidaknormalan hormon seks pria atau hormon lainnya. Penyebabnya, tampaknya lebih berkaitan dengan pelampiasan dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih mungkin terjadi pada pria daripada pada wanita.
Penyebab lainnya yang diduga dapat menyebabkan perilaku seks menyimpang ialah penyalahgunaan obat dan alkohol. Obat-obatan tertentu memungkinkan seseorang yang memiliki potensi perilaku seks menyimpang melepaskan fantasi tanpa hambatan kesadaran. Kemudian, faktor lingkungan, keluarga, dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut memengaruhi perilaku seksnya. Anak yang orangtuanya sering mendapat hukuman fisik dan mendapat kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain di saar dewasa dewasa. Sebuah juga penelitian menunjukkan bahwa empat dari lima penderita pedofilia telah mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanak.
B. Sadisme
Sadisme adalah penyimpangan seksual yang dialami seseorang jika kepuasan seksual diperoleh oleh orang tersebut bila melakukan tindakan penganiayaan atau menyakiti pasangannya sebelum atau saat melakukan hubungan seksual.
Individu dengan gangguan ini secara konsisten memiliki gangguan fantasi seksual dengan cara menyakiti pasangannya dengan teror baik secara fisik ataupun psikologis. Penyimpangan ini beda halnya dengan perilaku seksual kasar, sadisme seksual akan mengajak atau memaksa pasangannya untuk melakukan hal-hal sadistik dalam setiap aktivitas seksual.
Perlakuan sadistik oleh pelaku sadisme seksual bukanlah akting atau pura-pura, mereka serius dalam melakukannya. Kebanyakan pelaku sadisme mempunyai gangguan kepribadian antisosial atau yang sering disebut dengan psikopat.
Bentuk ekstrimnya, perilaku sadisme dapat dilihat dalam kasus pemerkosaan yang disertai dengan penyiksaan dan pembunuh. Penderita sadisme seksual akan merasakan kepuasan seksual bila pasangannya itu mati. Namun demikian hal ini bukanlah menjadi salah satu motif perilaku sadisme seksual untuk menyiksa korban atau pasangannya sampai mati. Rasa sakit pasangan juga tidak menjadikan gairah seksualnya meningkat. Pemerkosaan yang disertai kekerasan akan membuat pelaku bergairah dan pelaku akan terus mengulangnya pada kesempatan lainnya. Oleh karenanya, sadisme seksual merupakan kejahatan serius yang dapat dijerat dengan hukuman yang berat.
Beberapa perilaku sadisme seksual lainnya dapat berupa;
1. Pemaksaan atau pemerkosaan, penolakan korban menjadi gairah seksual pelaku dalam melakukan aksinya. Semakin korban meronta, melawan, menangis maka pelaku semakin bersemangat.
2. Pelaku melakukan penyiksaan yang sebenarnya, pemukulan sampai menimbulkan luka memar.
3. Melukai bagian tubuh tertentu dari pasangannya sampai mengeluarkan darah.
4. Beberapa individu gangguan juga disertai simtom masokis.
5. Melakukan penyiksaan seksual dengan pemaksaan atau sampai luka (melukai alat genital).
6. Melakukan penyiksaan berat dengan menggunakan cambuk, kejutan listrik, dan sebagainya.

C. Masokisme
Istilah masokisme pada awalnya muncul dalam bidang psikologi, berkenaan dengan perilaku seksual menyimpang, lawan dari sadisme, yaitu seseorang akan merasa terangsang dan memperoleh kenikmatan seksual jika dirinya terlebih dahulu disakiti. Istilah ini berasal dari nama seorang penulis asal Austria pada abad ke-19, Leopold von Sacher-Masoch, yang novelnya sering menyebutkan karakter yang terobsesi dengan kombinasi seks dan rasa sakit.
Perilaku menyimpang semacam ini salah satunya disebabkan oleh sikap orangtua dan guru yang diktator, yang berlangsung begitu lama sehingga membentuk kepribadian masokis. Masokisme adalah satu-satunya kelainan paraphilia yang dialami oleh perempuan, sekitar 5 persen makosis adalah perempuan.
Masokisme seksual juga harus dibedakan dari sindrom martir (orang yang ingin jadi martir, mencari penderitaan atau penganiayaan untuk memenuhi kebutuhan psikologis) dan gangguan kepribadian mengalahkan diri (meski juga dikenal dengan gangguan kepribadian masokistik). Gangguan kepribadian mengalahkan diri merupakan pola perilaku mengalahkan diri, menghindar dari kesenangan dan tertarik pada penderitaan. Orang dengan gangguan kepribadian ini mencari orang untuk mengecewakan diri sendiri, menolak pertolongan, hal positif yang dialami direspon dengan depresi atau menyakiti diri, suka memancing amarah dan penolakan, mencari pasangan yang mengabaikannya dan sejenisnya. Perilaku tersebut tidak khusus terkait dengan respon seksual dan tidak hanya terjadi ketika depresi.
Masokisme mengacu pada pengalaman menerima kenikmatan atau kepuasan dari penderitaan sakit. Pandangan psikoanalitik bahwa masokisme adalah agresi berbalik ke dalam, dirinya, ketika seseorang merasa terlalu bersalah atau takut untuk mengungkapkannya secara lahiriah.
D. Solusi mengatasi penyimpangan seksual
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi perilaku penyimpangan seksual adalah dengan menggunakan cara hipnotis. Banyak manfaat yang bisa diraih dengan terapi hipnotis. Dimana Terapi Hipnotis adalah sebuah metode yang kini setara sebagai salah satu metode pengobatan dan penyembuhan, terutama untuk penyakit yang berkaitan dengan kejiwaan atau sikap.
Bahkan di kota-kota besar mulai banyak ditawarkan terapi penyembuhan dengan metode ini. Mulai dari menghilangkan kebiasaan buruk hingga untuk penyembuhan penyakit. Hasilnya pun cukup mencengangkan, banyak pasien mengaku dapat menghindari kebiasaan buruknya atau juga sembuh dari penyakitnya.
Apakah terapi hipnotis dapat menyembuhkan problema kehidupan seksual satu pasangan? Saat ini ada terapi hipnotis yang disebut ‘Terapi Hipnoseksual’. Terapi hipnotis bisa meningkatkan lagi kenikmatan hubungan intim Anda ketika hubungan tersebut mulai meredup. Terapi Hipnoseksual juga bisa mengatasi masalah disfungsi seksual atau bahkan ingin meningkatkan gairah agar lebih panas lagi. Semuanya bisa diubah dengan metode hipnotis.
Praktisi Terapi Hipnoseksual mengatakan bahwa 40% problema seksual berasal dari fisik yang sedang bermasalah. Selebihnya, problema seksual terbanyak biasanya berasal dari masalah yang non fisik alias psikis. Masalah psikis itu seperti trauma, phobia, korban pemerkosaan, kekerasan seksual dan lainnya.
Problema seksual yang berasal dari masalah psikis inilah yang bisa disembuhkan melalui metode Hipnoseksual. Sebelum proses hipnotis dilakukan, pasien perlu diwawancarai untuk memperoleh keterangan, yang menjadi latar belakang dari permasalahan yang dihadapi.
Sebagai contoh, proses ereksi hingga ejakulasi pria berasal dari pikiran, dimana alur proses awalnya adalah melihat dan terangsang secara visual. Namun, bisa juga terjadi secara kinestetik, yakni lewat sentuhan, ciuman dan sebagainya, hingga berakhir pada hubungan intim.
Pikiran bawah sadar kita merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Bagi pria yang mempunyai masalah seksual, seperti misalnya ejakulasi dini, hal itu sebenarnya bahwa pria tersebut mengalami kenaikan tingkat kenikmatan yang terlalu cepat, sehingga proses ejakulasinya terjadi terlalu dini. Jadi, program baru melalui Terapi Hipnoseksual yang akan ditanamkan ke pikiran bawah sadar adalah dengan melambatkan tempo berjalannya ‘sensasi’ tersebut dan menahan keinginan untuk ejakulasi hingga saat yang tepat.
Namun demikian, keberhasilan dari Terapi Hipnoseksual itu tergantung pula dari niat dan kesungguhan dari si pasien untuk menjalaninya. Bila program baru tidak didukung dengan niat, tentu saja besar kemungkinannya akan mengalami kegagalan, karena mengalami resistensi atau tertahan oleh ‘program lama’ yang sudah tertanam bertahun-tahun di alam bawah sadar kita. Pasien harus paham betul mengapa ia memerlukan bantuan hipnotis dalam proses ‘penyembuhannya’, serta keunggulan apa yang didapatkan dibandingkan model pengobatan yang lainnya.
Pemahaman pasien akan maksud dan tujuan dari Terapi Hipnoseksual merupakan kunci efektivitas terapi. Karena itu diperlukan informasi yang jelas dan pemahaman yang sama. Hal ini bertujuan agar persepsi yang terbentuk dalam tingkat sadar sejalan dengan persepsi bawah sadar kita. Metode Hipnoterapi juga harus dilakukan dengan jelas, terbuka, dan tanpa paksaan. Sebelum melakukan hipnotis, pasien perlu terlebih dulu menjalani pemeriksaan fisik, atau bila perlu disusul dengan menjalani pemeriksaan laboratorium (darah, urine, dan lain-lain).


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masokisme merupakan kelainan yang dengan sengaja membiarkan dirinya disiksa atau disakiti, baik secara fisik maupun psikologis, hanya untuk memperoleh kepuasan seksual. Ia akan semakin puas apabila dirinya semakin tersakiti atau tersiksa. Di sisi lain, sadisme adalah kelainan ini merupakan kebalikan dari masokisme. Penderita akan memperoleh kepuasan seksual jika melakukan hubungan seksual dengan cara menyakiti atau menyiksa terlebih dahulu pasangannya. Sementara itu, ungkapan sado-masochist merupakan sebutan untuk penderita sadisme yang melakukan hubungan seksual dengan masokisme.
Biasanya orang-orang yang mengidap sadomasokisme mempunyai riwayat masa lalu yang berhubungan dengan trauma seksual. Misalnya, pada saat masih kecil melihat orangtua atau orang disekitarnya disakiti, atau kemudian menyakiti ketika melakukan hubungan seksual, maka ia bisa berperilaku seperti itu pada saat ia dewasa. Karena masih kecil ia tidak tahu bahwa perbuatan itu merupakan sebuah penyimpangan, ia merekamnya dalam memori lantas meniru perbuatan itu.
B. Saran
Menghindari pergaulan yang berkaitan dengan perilaku menyimpang tersebut sehingga tidak tertular perilaku menyimpang, karena perilaku yang menyimpang tersebut ibarat penyakit menular yang siap menjangkiti siapa saja yang mendekatinya.

BIOLISTRIK

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang – orang yang telah memberikan bantuan dalam menyusun makalah fisika mengenai biolistrik. Diantaranya,Dosen mata kuliah dan teman-teman yang telah berpartisipasi.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu alam yang mendasari perkembangan teknologi sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam. Fisika juga memberikan pelajaran yang sangat baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam.
Dengan adanya penyusunan laporan tentang biolistrik, kita dapat mengetahui tentang biolistrik. Keterkaitannya dengan ilmu kesehatan dan dalam kehidupan manusia.
Penulis menyadari mungkin dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya sempurna, untuk itu dapat kiranya untuk memberikan masukan mengenai makalah ini, agar kita semua lebih memahami tentang mata kuliah fisika mengenai biolistrik ini.
Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.



Sumbawa besar, 27 November 2010


Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada tubuh kita berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Seperti listrik dirumah tangga. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh. Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstra sel lebih banyak ion Na dan Cl2, sedangkan intra sel terdapat ion h an anion protein.
Penulis akan mengungkapkan bagaimana cara kerja biolistrik di dalam ilmu kesehatan pada makalah ini.
B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang biolistrik di dalam ilmu kesehatan.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Biolistrik
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmisikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperatur, dan isyarat listrik dari neuron lain. aktifitasi biolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.
Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.
B. Rumus/Hukum Dalam Biolistrik
Ada beberapa rumus atau hukum yang berkaitan dengan biolistrik antara lain.
1. Hukum Ohm
Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang melewati, berbanding berbalik dengan tahanan dari konduktor. Hukum ini dapat dinyatakan dengan rumus:
R= V
I
Keterangan : R = Dalam Ohm
I = Arus (Ampere)
V = Tegangan (Volt)
2. Hukum Joule
Arus listrik melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (V) dalam waktu tertentu akan menimbulkan panas. Hukum ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
I = Arus dalam Ampere
T = Waktu dalam detik
J = Joule = 0.239 Kal
V = Tegangan dalam Voltage
C. Macam-macam Gelombang Arus Listrik
1. Arus bolak-balik/sinusoidal
2. Arus setengah gelombang ( telah diserahkan)
3. Arus searah penuh tapi masih mangandung ripple/desir
4. Arus searah murni
5. Faradik
D. Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh
A. System Saraf dan Neuron
System saraf dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah serat saraf yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke Medulla spinalis disebut Saraf Affren, sedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak atau medulla spinalis ke otot atau medulla spinalis ke otot serta kelenjar disebut saraf Efferen
2. Sistem saraf otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.
B. Konsentrasi ion dalam dan luar sel
Melalui suatu percobaan dapat ditunjukan suatu model membrane permeable terhadap larutan KCL
C. Kelistrikan saraf
Kalau ditinjau besar kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat di bagi dalam 3 bagian yaitu serat saraf tipe A, B, dan C. dengan mempergunakan mikroskop electron, serat saraf dibagi dalam 2 tipe: yakni serat saraf bermielin dan serat saraf tanpa myelin. Saraf bermielin banyak terdapat pada manusia. Myelin merupakan suatu insulator (isolasi) makin menurun apabila melewati serat saraf yang bermielin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang berdiameter yang sama dan panjang yang sama sangat tergantung kepada lapisan mielin ini. Akson tanpa mielin (diameter 1 mm) mempunyai kecepatan 20-50 m/detik. Serat saraf bermielin pada diameter 10 um mempunyai 100 m/detik. Pada serat saraf bermielin aliran sinyal dapat meloncat dari suatu simpul ke simpul yang lain.
Suatu saraf atau neuron membrane otot-otot pada keadaan istirahat (tidak adanya proses konduksi implus listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak diluar sel dari pda di dalam sel, di dalam sel akan lebih negative dibandingkan dengan di luar sel.
Apabila potensial diukur dengan galvanometer akan mencapai -90 m Volt, membrane sel ini disebut dalam keadaan polarisasi, dengan potensial membrane istirahat -90 m Volt.
D. Perambatan Potensial Aksi
Potensial aksi terjadi apabila suatu daerah membrane saraf atau otot mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membrane untuk mencapai aksi kesegala jurusan sel membrane, keadaan ini disebut perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi. Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami repolarisasi sel membrane disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter dibagi dalam 2 fase:
1. Periode Refrakter Absolut
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsure kekuatan untuk menghasilkan aksi yang lain.
2. Periode Refrakter Relatif
Setelah sel membran mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari periode refrakter absolute akan menjadi periode refrakter relatif, dan apabila ada stimulus/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi yang baru.
Sel membrane setelah mencapai potensial membrane istirahat, sel membran tersebut telah siap untuk menghantarkan implus yang lain. Gelombang depolarisasi setelah mencapai ujung dari saraf atau setelah terjadi depolarisasi seluruhnya, gelombang tersebut akan berhenti dan tidak pernah aliran balik kearah mulainya datang rangsangan.
E. Kelistrikan pada sinapsis dan neuron
Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsi, berakhirnya saraf pada sel otot/hubungan saraf otot disebut Neuromyal junction. Baik sinapsis maupun neuromyal junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membrane otot, oleh karena pada waktu terjadi depolarisasi. Zat kimia yang terdapat pada otot akan tringger/bergetar/berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan mengalami reaksi.
F. Isyarat Magnet Jantung dan Otak
Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan magnet sekitar jantung disebabkan adanya aliran listrik jantung yang mengalami depolarisasi dan repolarisasi. Pencatatan medan magnet disebut magnetoksdiogram. Besar medan magnet sekita jantung adalah sekitar 5 x 10 pangkat -11 T( Testa) atau sekitar 10 x 10 pangkat 8 medan megnet bumi. Hubungan Testa (T) dengan Gauss dapat dinyatakan:
Untuk mengukur medan magnet dari suatu besaran benda diperlukan suatu ruang yang terlindung dan sangat peka terhadap detector medan magnet (magnetometer). Detector yang dipergunakan yaitu SQUID ( Superconding Quantum Interference Device) yang bekerja pada suhu 5 derajat K, dan dapat mendeteksi medan magnet yang disebabkan arus searah atau arus bolak-balik. Ada 2 alat untuk mencatat medan magnet ini antara lain:
1) Magnetokardiografi (MKG)
MKG memberi informasi jantung tanpa mempergunakan elektroda yang didekatkan/ditempelkan pada badan, tidak seperti halnya pada waktu melakukan EKG. Pencatatan dilakukan di daerah badan dengan jarak 5 cm. lokasi rekaman diberi kode B, D, F, H, I, J, L (vertical). Horizontal dilakukan perekaman 5-6 kali dibubuhi huruf I dan ditandai dengan angka (1, 3, 5, 9)
Informasi yang diperlukan pada MKG tidak dapat dipakai sebagai EKG oleh karena dalam pengukuran medan magnet mempergunakan arus searah yang mengenai otot dan saraf. Perekaman MCG akan memberi informasi yang berguna dalam diagnosis apabila dikerjakan pada waktu jantung mengalami serangan oleh karena pada saat ini dipergunakan arus listrik
2) Magnetoensefalogram (MEG)
MEG yaitu pencatatan medan magnet sekeliling otak dengan mempergunakan arus searah. Alat yang adalah SQUID magnetometer. Pada rithme alpha, medan magnet berkisar 1 x 10 pangkat -13 T.
G. Penggunaan Listrik dan Magnet pada Tubuh.
Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik berfrekwensi rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula menggunakan listrik dengan frekwensi 30 MHz untuk memanaskan yang disebut “Short Wave Diaththermy”. Pada 1950 sudah diperkenalkan penggunaan gelombang mikro dengan frekwensi 2.450 MHz untuk keperluan diathermi dan pemakain radar. Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di bagi dalam 2 bentuk:
a. Listrik Berfrekwensi Rendah
Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 z frekuensi rendah ini mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Untuk pemakain dalam jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot, maka dipakai arus faradic. Sedangkan untuk jangka waktu lama dan bertujuan merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang intereptur/terputus-putus atau arus DC yang telah dimodifikasi.
Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus AC ini serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain: merangsang saraf sensorik, merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi otot.
b. Listrik Berfrekuensi Tinggi
Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas 500.000 siklus perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat merangsang saraf motoris atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan dengan pengulangan yang lama. Frekuensi sifat ini maka frekuensi tinggi digunakan dalam bidang kedokteran di bagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)
2. Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mkro)
H. Magnetik Blood Flow Water
Alat pengukur aliran darah magnetis berdasarkan atas prinsip induksi magnetis. Apabila suatu konduktor listrik digerakkan dalam medan magnet akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan gerakan ( Hukum Farady). Prinsip yang sama pula dipergunakan disini yaitu apabila konduktor bukan suatu melainkan pipa konduksi yang ditempati pada medan magnet dan dilewati zat cair.
Apabila darah melewati pipa konduksi tersebut, dengan rata-rata kecepatan V melewati medan magnet B maka tegangan yang dihasilkan antara elektroda dinyatakan:
Keterangan :
V = Tegangan ( Volt)
B = Kuat Medan Magnet ( Gauss)
D = Diameter Pembuluh darah
V = Kecepatan ( m/sec)
Jumlah zat cair/darah dapat pula dihitung yaitu:
I. Syok Listrik
Syok listrik atau kejutan adalah suatu nyeri pada syaraf sensorik yang diakibatkan aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui tubuh. Kejadian syok listrik merupakan kejadian yang timbul secara kebetulan. Bahaya syok listrik sangat besar, tubuh penderita akan mengalami ventricular fibrillon, kemudian diikiuti dengan kematian. Oleh karena itu, perlu diketahui perubahan-perubahan yang timbul akibat syok listrik, metoda pengamanan sehingga bahaya syok dapat dihindari.
Dalam bidang kedokteran ada 2 macam syok listrik antara lain:
1. Syok Dengan Tujuan Tertentu
Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi medis. Dalam bidang psiaktri dikenal dengan nama “ Electric Convultion Teraphy”
2. Syok tanpa tujuan tertentu
Timbul syok ini diakibatkan dari suatu kecelakaan. Faktor-faktor yang menyokong sehinggga timbulnya syok ini listrik ini :



a. Peralatan
1. Petunujuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
2. Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang jelas
3. Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan transformator
b. Perorangan
1. Petugas-petugas yang kurang latihan
2. Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-bahaya yang
ditimbulkan
3. Kurang pengertian tetang cara-cara proteksi bagi petugas sendiri maupun penderita
Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal dengan “ Earth Syok”. Berdasarkan besar kecilnya tegangan “ Earth Syok” dapat di bagi menjadi 2 : Low tension shock ( syok tegangan rendah) dan high tension shock ( syok tegangan tinggi)
Syok semakin serius, apabila arus yang melewati tubuh semakin besar. Menurut Hukum Ohm intensias arus listrik tergantung kepada tegangan dan tahanan yang ada. ( I = V/R) berarti tegangan penting dalam menentukan beberapa arus yang dapat dilewati oleh tahanan yang diberikan oleh tubuh. Disamping itu ada pula parameter-parameter lain yang turut berperan mempengaruhi tingkat syok:
1. Dari Sudut Arus
a. Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt dari pada tegangan 80 Volt. Oleh karena, kuat arus pada tegangan 220 Volt lebih besar dari pada tegangan 80 Volt (R) sama.
b. Basah atau tidaknya kulit penderita
c. Basah tidaknya lantai
2. dari sudut parameter-paraameter lainya:
a. Jenis kelamin
b. Frekuensi AC
c. Duration
d. Berat Badan
e. Jalan yang ditempuh arus
Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan kematian sehingga dipandang perlu untuk melakukan tindakan pencegahan yang meliputi alat-alat yang dipergunakan
J. Hukum – Hukum Biolistrik
a. Besaran Pokok
- Medan Listrik
Medan listrik merupakan ruangan disekitar benda bermuatan listrik yang mengalami gaya tarik atau tolak.
Jika suatu benda yang bermuatan listrik diletakan di suatu ruangan, maka ruangan tersebut terdapat medan listrik. Jika benda lain yang bermuatan listrik di ruangan tersebut maka kedua benda akan mengalami gaya.
Kuat medan listrik pada lokasi dimana muatan uji berada kita defenisikan sebagai besar gaya coloumb (gaya listrik) yang bekerja pada muatan uji dibagi dengan besar muatan uji.
E = Kuat Medan Listrik : N/C
F = Gaya Coloumb : N
Qo = Besar Muatan Listrik : C
Menurut Hukum Coloumb besar gaya coloumb yang bekerja pada muatan uji :
F = K Q1 x Q2 berarti E = K Q1 . Q2
R2
Q
K = Tetapan = 9 x 109 NM2/C2
R = Jarak antara dua muatan = m
Q = muatan listrik pada sumber medan C
- Arus listrik
Muatan listrik adalah sejumlah muatan yang mengalir melalui suatu penampung kawat dalam sekom ketika arus satu ampere melalui kawat itu. Hubungan muatan elemeter â„“ dengan coloumn =
I â„“ = 1,60 x Io-19C
Sifat – sifat muatan listrik :
a. muatan listrik digolongkan menjadi 2 jenis, muatan positif dan muatan negatif.
b. Muatan listrik sejenis tolak – menolak, muatan listrik tak sejenis tarik menarik.
- Potensial Listrik
Potensial listrik adalah perubahan energi potensial persatuan muatan ketika sebuah muatan diuji dipindahkan diantara dua titik.
Untuk mengatur potensial listrik digunakan alat ukur volt meter. Volmeter harus dipasang paraler dengan sumber listrik atau peralatan listrik yang akan diukur beda potensial atau tegangannya.
V = Kq
R
V = Potensial listrik = Joule / coloumb
K = Tetapan = 9 x 109 Nm2 / C2
q = muatan listrik = C
r = jarak anatara dua muatan = m
- Daya Listrik
Daya listrik adalah daya sebagai kecepatan melakukan usaha atau persatuan waktu :
Daya = usaha P = W
waktu t
P = watt (w)
W = usaha (j )
t = waktu (s)
b. Harga efektif arus dan potensial listrik
Arus listrik mengalir diantara dua titik pada penghantar jika beda potensial antara dua titik. Oleh karena itu pada tahun 1826 George Simon Ohm menyelidiki hubungan arus dan potensial listrik, beda potensial sebanding dengan kuat arus dan berbanding balik dengan hambatan penghantar .
Hukum Ohm :
V = R x I
V = beda potensial = Volt (v)
R = hambatan = Ohm (Ω)
I = kuat arus = ampere (A)
Hambatan listrik hasil bagi antara beda potensial antara ujung – ujung penghantar dan kuat arus yang melaluinya hambatan listrik diberi satuan Ohm (Ω)
Hambatan = beda potensial : R = V/I V = I x R
Kuat arus
Segitiga rumus tegangan atau hukum Ohm
1 kilo Ohm = 1000 Ohm
1 mega ohm = 1.000.000 Ohm
Hambatan listrik dapat diukur secara langsung dengan menggunakan Multi Meter / Avometer.

AKTIVITAS KELISTRIKAN OTAK

Salah satu aktivitas otak yang paling dominan adalah munculnya sinyal-sinyal listrik. Setiap kali berpikir, otak bakal menghasikan sinyal-sinyal listrik. Bahkan sedang santai pun menghasilkan sinyal-sinyal listrik. Apalagi sedang tegang dan stress. Sinyal itu dihasilkan oleh sel-sel yang jumlahnya sekitar 100 miliar di dalam otak kita. Jadi, sebanyak bintang-bintang di sebuah galaksi.

Kalau kita lihat dalam kegelapan, miliaran sel itu memang seperti bintang-bintang yang sedang berkedip-kedip di angkasa. Setiap kali sel itu aktif, dia bakal berkedip menghasilkan sinyal listrik. Jika ada sekelompok sel yang aktif, maka sekelompok sel di bagian otak itu bakal menyala. Di sana dihasilkan gelombang dengan energi tertentu. Bahkan bisa dideteksi dari luar batok kepala dengan menggunakan alat pengukur gelombang otak, EEG atau MEG.

Dari aktifnya program-program yang tersimpan di inti sel otak. Setiap saat di otak kita muncul stimulasi-stimulasi yang menyebabkan aktifnya bagian otak tertentu. Misalnya, kita melihat mobil. Maka, bayangan mobil itu akan tertangkap oleh sel-sel retina mata kita, dan kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang dikirim ke otak kita. Sinyal-sinyal kiriman retina mata itu bakal mengaktifkan sejumlah sel yang bertanggung jawab terhadap proses penglihatan tersebut.

Demikian pula ketika kita membaui sesuatu. Aroma yang tertangkap oleh ujung-ujung saraf penciuman kita bakal dikirim sebagai sinyal-sinyal ke otak. Dan sinyal-sinyal itu lantas mengaktifkan sel-sel untuk membangkitkan sinyal-sinyal berikutnya. Bahkan dalam keadaan tidur, otak kita masih mengirimkan sinyal-sinyal untuk mengatur denyut jantung, pernafasan, suhu tubuh, hormon-hormon pertumbuhan, dan lain sebagainya.

Otak adalah generator sinyal-sinyal listrik yang saling terangkai menjadi kode-kode kehidupan. Jika kode-kode itu padam, maka orangnya pun meninggal. Karena, sudah tidak ada lagi aktivitas kelistrikan di sel otaknya. Berarti tidak ada lagi perintah-perintah untuk mempertahankan kehidupan.

Tidak hanya berhenti di otak, sinyal-sinyal listrik itu merambat ke mana-mana ke seluruh tubuh, lewat komando otak. Menghasilkan gerakan-gerakan atau perintah lain untuk kelangsungan hidup badan kita. Gerakan sinyal listrik tersebut memiliki kecepatan sekitar 120 m per detik. Jalur yang dilaluinya adalah 'kabel-kabel' saraf yang menyebar dalam sistem yang sangat kompleks.

Pengukuran kelistrikan saraf ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat (ENG) dan menghasilkan data kelistrikan yang disebut Elektro Neuro Gram. Sedangkan untuk pengukuran kelistrikan otak menghasilkan data berupa Elektro Ensefalogram (EEG)



Aktivitas Listrik Jantung

Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membrane sel otot jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik akibat adanya impuls listrik yang dibangkitkan oleh jantung sendiri: suatukemampuan yang disebut autorhytmicity. Sifat ini dimiliki oleh sel khusus ototjantung. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan selotoritmik. Sel kontraktil melakukan kerja mekanis, yaitu memompa dan sel otoritmikmengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja.
Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka yang memiliki potensial membrane istirahat yang mantap. Sel-sel khusus jantung tidak memiliki potensial membrane istirahat. Sel-sel ini memperlihatkan aktivitas pacemaker (picu jantung), berupa depolarisasi lambat yang diikuti oleh potensial aksi apabila potensial membrane tersebut mencapai ambang tetap. Dengan demikian, potensial aksi secara berkala yang akan menyebar ke seluruh jantung dan menyebabkan jantung berdenyut secara teratur tanpa adanya rangsangan melalui saraf.
Mekanisme yang mendasari depolarisasi lambat pada sel jantung penghantar khusus masih belum diketahui secara pasti. Di sel-sel otoritmik jantung, potensial membaran tidak menetap antara potensia-potensial aksi. Setelah suatu potensial aksi, membrane secara lambat mengalami depolarisasi atau bergeser ke ambang akibat inaktivitasi saluran K+. pada saat yang sama ketika sedikit K+ ke luar sel karena penurunan tekanan K+ dan Na+, yang permeabilitasnya tidak berubah, terus bocor masuk ke dalam sel. Akibatnya, bagian dalam secara perlahan menjadi kurang negative; yaitu membrane secara bertahap mengalai depolarisasi menuju ambang. Setelah ambang tercapai, dan saluran Ca++ terbuka, terjadilah influks Ca++ secara cepat, menimbulkan fase naik dari potensial aksi spontan. Fase saluran K+. inaktivitasi saluran-saluran ini setelah potensial aksi usai menimbulkan depolarisasi lambat berikutnya mencapai ambang.


Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan di lokasi-lokasi berikut:
1. Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat lubang vena kava superior.
2. Nodus atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.
3. Berkas HIS (berkas atrioventrikel), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel, tempat berkas tersebut bercabang membentuk berkas kanan dan kiri yang berjalan ke bawah melalui seputum, melingkari ujung bilik ventrikel dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.
4. Serat Purkinje, serat-serta terminal halus yang berjalan dari berkas HIS dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.

Berbagai sel penghantar khusus memiliki kecepatan pembentukkan impuls spontan yang berlainan. Simpul SA memiliki kemampuan membentuk impuls spontan tercepat. Impuls ini disebarkan ke seluruh jantung dan menjadi penentu irama dasar kerja jantung, sehingga pada keadaan normal, simpul SA bertindak sebagai picu jantung. Jaringan penghantar khusus lainnya tidak dapat mencetuskan potensial aksi intriksiknya karena sel-sel ini sudah diaktifkan lebih dahulu oleh potensial aksi yang berasal dari simpul SA, sebelum sel-sel ini mampu mencapai ambang rangsangnya sendiri.
Urutan kemampuan pembentukkan potensial aksi berbagai susunan penghantar khusus jantung yaitu:
• Nodus SA (pemacu normal) : 60-80 kali per menit
• Nodus AV : 40-60 kali per menit
• Berkas His dan serat purkinje : 20-40 kali per menit



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada tubuh berbeda dengan yang kita bayangkan seperti listrik di rumah tangga. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh. Kelistrikan dan kemagnetan didalam tubuh sangat berpengaruh pada sistem saraf. Sistem saraf di dalam tubuh mempuanyai listrik. Pada sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom.

B. Saran
Penulis menyadari, dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Untuk itu dapat kiranya,memberikan kritik dan saran mengenai makalah ini.
Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Saturday, December 25, 2010

Paradigma keperawatan dalam model sistem Neuman

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmatnya, makalah yang berjudul “Perkembangan Agama di Dunia dan di Indonesia” ini dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan. Selain itu juga saya mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama teman-teman yang tak henti-hentinya mengingatkan dan mendukung secara penuh dalam pengerjaan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga tidak terlepas dari kesalahan maupun adanya kekurangan baik itu dalam pengetikkan, materi yang disampaikan dan bahasa penyampaian. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi hasil yang lebih baik dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah pengetahuannya sekitar dunia Bank Sperma yang merupakan salah satu kemajuan teknologi dewasa ini dan dapat sehingga dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.


Penulis,








BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep kehilangan dan berduka (duka cita) telah secara luas dipublikasikan di berbagai textbook maupun jurnal sejak 50 tahun yang lalu. Dari pemikiran klasik Bowlby (1980) tentang perasaan cinta dan kehilangan (attachment and loss) sampai dengan penjelasan mengenai kepedihan (poignant) dari C.S. Lewis (1994). Perawat jarang sekali mendalami perasaan duka cita yang sedang dialami oleh kliennya, meskipun duka cita adalah sebuah pengalaman universal dalam diri manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian mengenai struktur pengalaman duka cita yang dialami oleh klien dan pengkajian tentang kompleksitas perilaku seseorang yang terkait dengan pengalaman duka cita agar kita dapat memahami proses duka cita tersebut dan menyusunnya dalam terminologi yang terukur.
Tulisan ini berupaya untuk menyajikan konsep duka cita berdasarkan pendekatan dengan model Neuman (Neuman,1982). Penggunaan model asuhan keperawatan yang berorientasi pada proses secara holistik akan dapat membantu kita untuk memahami secara jelas mengenai proses, perilaku, dan tanggapan manusia terhadap duka cita yang sedang dialaminya.
Duka cita bermakna kesedihan yang mendalam disebabkan karena kehilangan seseorang yang dicintainya (misal kematian). Menurut Cowles dan Rodgers (2000), duka cita dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubah-ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : (1) menolak (denial); (2) marah (anger); (3) tawar-menawar (bargaining); (4) depresi (depression); dan (5) menerima (acceptance) (TLC, 2004) . Pekerjaan duka cita terdiri dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika seseorang melewati dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya. Duka cita berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.
2. Pengalaman duka cita bersifat individu dan dipengaruhi oleh banyak faktor, kemudian dapat mempengaruhi aspek kehidupan lainnya. Duka cita lebih dari sekedar tetesan air mata, dimana ia memanifestasikan dirinya sendiri dalam kesadaran, fisik, tingkah laku, jiwa, psikologis, dan kehidupan sosial seseorang, seperti halnya perilaku emosional.
3. Duka cita bersifat normatif namun tidak ada kesepakatan universal yang bisa menjelaskan sejauhmana kondisi normalnya. Perawat seringkali merasakan adanya sesuatu yang membatasi duka cita klien sehingga tidak sesuai dengan apa yang perawat pikirkan; penghalang tersebut berasal dari latar belakang sosial budaya klien yang mendorong terciptanya berbagai macam respon duka cita (Cowles& Rodgers, 2000). Dengan memanfaatkan literatur dari berbagai disiplin ilmu sebagai basis analisis, Cowles and Rodgers (1991) mendefinisikan duka cita sebagai “Suatu proses dinamis, menyebar, dan sangat individual dengan komponen yang bersifat normatif”. Atribut duka cita yang dikembangkan mencakup hal-hal sebagai berikut : dinamis, proses, individual, menyebar, dan normatif (Cowles & Rodgers, 2000). Namun atribut-atribut tersebut belum menghasilkan suatu variabel yang dapat diukur. Menurut Reed (2003), perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut tentang berbagai aspek duka cita yang lebih spesifik dan operasional.
B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan paradigma keperawatan dalam model sistem Neuman?
b. Bagaimana mengintegrasikan model sistem Neuman dengan konsep duka cita?
c. Bagaimana contoh kasus penerapan konsep duka cita?
C. Rumusan Tujuan
a. Menjelaskan paradigma keperawatan dalam model sistem Neuman
b. Mengintegrasikan model sistem Neuman dengan konsep duka cita
c. Kasus penerapan konsep duka cita
D. Manfaat
Untuk menambah wawasan mengenai konsep-konsep keperawatan termasuk model sistem Neuman dengan konsep duka citanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Paradigma keperawatan dalam model sistem Neuman
Model sistem Neuman (Neuman & Fawcett, 2002) mempunyai empat komponen utama yang dapat digambarkan sebagai interaksi antar ranah (domain), yaitu : orang, lingkungan, kesehatan, dan ilmu keperawatan. Komponen dan terminologi yang terkait dengan ranah-ranah tersebut adalah :
1. Sistem klien : struktur dasar, garis penolakan, garis pertahanan normal, dan garis pertahanan fleksibel.
2. Lingkungan : internal, eksternal, diciptakan, dan stressor.
3. Kesehatan : rentang sehat-sakit (wellness-illness continuum)
4. Keperawatan : upaya pencegahan (preventif), konstitusi ulang (reconstitution), promosi kesehatan .
Neuman (1995) menguraikan model keperawatan sebagai suatu konsep berdasarkan sistem yang komprehensif. Hal ini menempatkan klien dalam suatu perspektif sistem yang holistik dan multi-dimensi. Model digambarkan sebagai gabungan dari lima variabel yang saling berinteraksi, idealnya berfungsi secara harmonis dan stabil dalam kaitannya dengan stressor lingkungan internal maupun eksternal yang sedang dirasakan pada saat tertentu oleh klien sebagai sebuah sistem.
1) Manusia (Klien)
Sistem klien terdiri dari satu rangkaian lingkaran konsentris yang mengelilingi dan melindungi struktur dasar (basic structure). Tingkatan dari masing-masing lingkaran memiliki tugas pertahanan spesifik dan terdiri dari lima variabel, yaitu : (1) fisiologis, (2) psikologis, (3) perkembangan, (4) sosial budaya, dan (5) rohani. Lingkaran terjauh atau garis pertahanan fleksibel (flexible line of defense) merupakan pertahanan awal untuk melawan stressor dan penyangga kondisi kesehatan yang normal. Garis pertahanan normal (normal line of defense) adalah basis yang dimanfaatkan oleh sistem klien untuk menghindari dampak dari stressor, dimana tergantung dari kondisi kesehatan seseorang. Garis-garis perlawanan (lines of resistance) melindungi struktur dasar bilamana suatu stressor dapat melampaui garis pertahanan fleksibel dan garis pertahanan normal (Neuman, 1995).
Variabel-variabel yang membangun sistem klien, menurut Neuman (1995) antara lain : variabel fisiologis, psikologis, sosial budaya, rohani, dan perkembangan. Variabel-variabel tersebut dibentuk berdasarkan pengalaman masa lalu dan material yang sudah ada dalam struktur dasar, mereka saling berinteraksi satu sama lain dan unik dalam setiap sistem klien. Susunan variabel kemudian akan diteruskan melalui keluarga dan masyarakat, dengan jalan tersebut sistem klien memelihara karakteristiknya dari satu generasi ke generasi lainnya (Reed, 2003).
2) Lingkungan (Stressor)
Menurut Neuman (1995), stressor dalam konteks lingkungan klien dapat disebabkan oleh berbagai faktor eksternal atau internal, dan dapat berdampak negatif maupun positif bagi seseorang. Stressor dapat dirasakan oleh klien secara berulang, sehingga klien akan merespon dan akan memodifikasi atau mengubahnya. Terdapat tiga hal yang dapat membedakan dampak stressor terhadap sistem klien, yaitu : kekuatan stressor, jumlah stressor, dan elastisitas garis pertahanan fleksibel. Stressor lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai : (1) intra-personal, (2) inter-personal, dan (3) ekstra-personal. Keberadaannya dalam diri klien sama halnya dengan stressor yang ada di luar sistem klien.
3) Keperawatan (Konstitusi)
Rekonstitusi menggambarkan suatu upaya pengembalian dan perbaikan stabilitas sistem yang selalu menyertai tindakan perawatan reaksi stress klien, dimana dapat menghasilkan tingkat kesehatan yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada sebelumnya (Neuman, 1995). Sebelumnya Neuman (1989) mendefinisikan rekonstitusi sebagai suatu kondisi adaptasi terhadap stressor lingkungan internal maupun eksternal, dimana dapat dimulai dari derajat atau tingkat reaksi apapun. Rekonstitusi ditandai dengan beberapa tahapan aktivitas untuk menuju tujuan yang diinginkan.
B. Mengintegrasikan model sistem Neuman dengan konsep duka cita
Model Sistem Neuman (1982) dapat digunakan untuk menjelaskan kerangka konsep duka cita. Variabel yang tidak bisa dipisahkan dalam sistem klien, yaitu : fisiologis, psikologis, rohani, perkembangan, dan sosial budaya, dapat digunakan untuk menguraikan atribut dari duka cita. Kehilangan di masa lalu dapat dijelaskan sebagai sebuah stressor, dan akibat dari duka cita diartikan sebagai suatu proses yang serupa dengan konsep Neuman yaitu rekonstitusi. Intervensi untuk membantu klien dalam menghadapi pengalaman duka cita dapat dikategorikan sebagai upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Reed, 2003).
Penggunaan terminologi dari teori Neuman untuk menguraikan konsep duka cita dimulai dengan terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul sebelumnya. Dalam terminologi Neuman, kejadian di masa lalu merupakan stressor, dan dalam kasus duka cita, stressor adalah perasaan kehilangan. Perasaan kehilangan mungkin bersifat intra-personal (misalnya : kehilangan salah satu anggota badan, kehilangan peran atau fungsi), interpersonal (misalnya : berpisah dengan pasangannya, anak, atau orangtua), atau ekstra-personal (misalnya: hilangnya pekerjaan, rumah, atau hilangnya lingkungan yang dikenal). Neuman (1995) menyatakan bahwa dampak dari stressor dapat didasarkan pada dua hal, yaitu : kekuatan stressor dan banyaknya stressor.
Modifikasi terhadap respon duka cita diidentifikasi sebagai kombinasi dari beberapa pengalaman yang bersifat individual dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang terdiri dari hubungan antara orang yang berduka dengan obyek yang hilang, sifat alami dari kehilangan, dan kehadiran sistem pendukung (support system). Faktor-faktor lain memiliki efek yang kuat pada perasaan duka cita, seperti pengalaman individu yang sama sebelumnya, kepercayaan spiritual dan budaya yang dianut. Penjelasan mengenai modifikasi respon duka cita sama halnya dengan gagasan Neuman mengenai interaksi antar variabel (fisik, psikologis, sosial budaya, perkembangan, dan rohani). Kombinasi beberapa variabel yang unik pada diri seseorang (pengalaman sebelumnya dengan duka cita, nilai-nilai, kepercayaan spiritual, status fisiologis, batasan sosial budaya, dan yang lainnya) dapat dibandingkan dengan variabel-variabel yang menyusun garis pertahanan normal (normal lines of defense) dan garis perlawanan. Masing-masing garis pertahanan dan garis perlawanan memodifikasi pada tingkatan tertentu dimana stressor mempunyai efek yang negatif pada diri seseorang. Garis pertahanan normal membantu sistem klien untuk menyesuaikan dengan stres akibat kehilangan; garis perlawanan bertindak sebagai kekuatan untuk membantu klien kembali ke kondisi yang stabil. Faktor yang lain, seperti pengalaman individu sebelumnya dengan perasaan kehilangan dan duka cita, budaya, dan kepercayaan religius menjadi bagian dari struktur dasar individu. Garis pertahanan dan perlawanan melindungi struktur dasar dari gangguan stres yang menimpa individu (Reed, 1993).
Cowles dan Rodgers (1993) sebelumnya telah mendefinisikan kondisi respon seseorang yang normal terhadap perasaan duka cita. Namun, penjelasan mengenai batasan normal dan batas waktu proses duka cita tersebut sebagian besar didasarkan pada pandangan dan pengetahuan perawat bukan berasal dari klien yang sedang mengalaminya sendiri. Reed (2003) mencoba untuk mendeskripsikannya tidak hanya sebatas pada respon normal saja, namun sampai pada cakupan respon itu sendiri. Serupa dengan Neuman (1995) yang telah menggunakan teori rentang sehat-sakit (wellness-illness continuum) untuk mendefinisikan batasan sehat. Dimana, rentang sehat-sakit menempatkan kondisi kesehatan seseorang yang optimal pada titik tertentu dan kondisi sakit pada titik yang lain. Kesehatan klien disamakan dengan kemampuan klien untuk memelihara stabilitas yang optimal dan hal itu dilihat sebagai batasan normal. Respon terhadap perasaan duka cita, selanjutnya dapat ditentukan dari efek kehilangan pada tingkat energi tertentu yang dibutuhkan untuk memelihara stabilitas klien. Berbagai macam tingkatan reaksi duka cita dapat diamati, tergantung pada kemampuan untuk mengelola perasaan kehilangan dan efeknya dalam kehidupan klien (Reed, 2003).
Akibat dari perasaan duka cita bagi seseorang adalah penyusunan karakter baru dan penetapan kenyataan baru. Proses kerja duka cita, melibatkan interaksi antara klien dan lingkungan sekitarnya. Menurut Dyer (2001), proses kerja duka cita dapat disimpulkan sesuai dengan akronim TEAR, yaitu :
T = To accept the reality of the loss
E = Experience the pain of the loss
A = Adjust to the new environment without the lost object
R = Reinvest in the new reality
Hal ini sesuai dengan gagasan Neuman mengenai rekonstitusi dimana tujuannya adalah untuk mengembalikan sistem klien pada kondisi yang stabil. Rekonstitusi dapat dijelaskan sebagai proses kerja duka cita, penyusunan karakter baru, dan penetapan kenyataan baru. Sistem klien berupaya untuk mengembalikan keadaannya pada kondisi yang stabil, atau mengoptimalkan dirinya untuk mencapai daerah di luar garis pertahanan normal. Dengan kata lain, seseorang akan mencoba untuk mengatasi perasaan dukanya agar lebih baik atau normal (sehat).
C. Kasus penerapan konsep duka cita
Berikut kita berikan contoh pengkajian duka cita pada ibu yang mengalami abortus dengan menggunakan pendekatan Model Sistem Neuman.
Contoh kasus :
Sebuah keluarga yang bahagia sedang menantikan kehadiran anak pertama mereka. Sang ibu telah mengandung dua bulan. Namun, suatu saat ibu mengalami perdarahan dan menurut dokter kehamilan tersebut tidak bisa dipertahankan. Oleh karena itu dilakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa ibunya.
Pada kasus di atas, perasaan duka cita dari kedua pasangan tersebut memiliki karakteristik yang kompleks. Misalnya, sang ibu berduka karena calon bayinya tidak bisa dipertahankan (kehilangan inter-personal), atau hilangnya harapan terhadap kehamilan yang telah ditunggu-tunggu (kehilangan intra-personal), atau barangkali merasa bersalah kepada anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai harapan mereka (kehilangan extra-personal). Ketika kita akan menentukan tingkat pengaruh kehilangan pada diri seseorang, kita juga harus mengkaji dampak dari perasaan kehilangan tersebut pada kehidupan mereka sehari-hari; cara mereka mengatasi kesedihannya; atau nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut mengenai kehilangan. Secara umum kita akan mengkaji fungsi dari masing-masing garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal, garis perlawanan, dan struktur dasar. Pengkajian harus meliputi banyak aspek, meliputi : aspek fisiologis, spiritual, psikologis, perkembangan, dan sosial budaya. Sebagai contoh, pertanyaan yang perlu disampaikan adalah :
1) Apakah makna kehilangan bagi orang tua? (aspek spiritual),
2) Bagaimana rencana keluarga selanjutnya? (aspek perkembangan),
3) Bagaimana perasaan duka cita ditunjukkan oleh anggota keluarga? (aspek sosial budaya),
4) Apakah keluarga melakukan perenungan? Apakah mereka mengalami kelemahan memori dan kesadaran?, Apakah mereka kehilangan harga diri? (aspek kejiwaan), dan
5) Gejala fisik apakah yang mereka rasakan? (aspek fisiologis).
Untuk membantu kedua pasangan tersebut mencapai rekonstitusi, dukungan inter-personal maupun ekstra-personal merupakan dua hal penting yang perlu dikaji. Siapakah anggota keluarga yang dapat memberikan dukungan positif? Apakah sistem pendukung secara kultural dapat diterima oleh kedua pasangan? (Mann et al, 1999). Setiap orangtua akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung pada struktur dasar yang dimilikinya. Sebuah penelitian telah membuktikan adanya perbedaan respon berdasarkan jender terhadap perasaan kehilangan pada masa perinatal (Adler & Boxley, 1985; Gilbert, 1989), maka respon terhadap pengalaman duka cita bagi masing-masing orang tidak akan sama, termasuk rentang waktu pemulihannya pun berbeda. Perbedaan dalam proses duka cita tentu akan memberikan stres tambahan di antara para orang tua. Selanjutnya, faktor-faktor ekstra-personal berpotensi memberika dampak bagi mereka.
Setelah dilakukan pengkajian secara menyeluruh, selanjutnya tahapan perencanaan, intervensi, dan evaluasi akan menggunakan proses yang sama. Perangkat penilaian akan mengukur hal-hal yang akan berdampak secara khusus pada aspek-aspek fisiologis, psikologis, rohani, sosial budaya, dan perkembangan. Misalnya, aspek sosial budaya akan mempengaruhi jenis intervensi yang bisa diterima oleh keluarga. Kehilangan pada masa perinatal merupakan suatu pengalaman yang sangat pribadi bagi banyak orang. Pemahaman mengenai arti dan pengalaman pribadi akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menentukan intervensi yang spesifik dan terbaik. Intervensi terhadap gangguan fisiologis yang dapat menghalangi proses rekonstitusi bisa juga diberikan tergantung kondisi klien, misalnya perubahan pola tidur, nutrisi, dan sebagainya. Selanjutnya, perawat perlu mempertimbangkan aspek perkembangan seseorang dari perasaan berduka. Intervensi yang sesuai untuk ibu muda primigravida tentunya akan sangat berbeda dengan ibu yang telah memiliki anak sebelumnya (Mann et al., 1999).
PENUTUP

PEWARISAN NILAI-NILAI PANCASILA DAN PENGESAHAN DASAR NEGARA

Pewarisan Nilai Pancasila dan Pengesahan Dasar Negara






BY:
D. KUSUMA DININGRAT


YAYASAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SAMAWA
AKADEMI KEPERAWATAN SAMAWA
TAHUN AKADEMIK 2010/2011


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmatnya, makalah yang berjudul “Pewarisan Nilai pancasila dan Pengesahan Dasar Negara” ini dapat diselesaikan. Selain itu juga saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing atas arahannya dalam penyusunan makalah yang kami kerjakan.
Makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga tidak terlepas dari kesalahan maupun adanya kekurangan baik itu dalam pengetikkan, materi yang disampaikan dan bahasa penyampaian. Kritik dan sarannya sangat kami harapkan agar dalam penulisan makalah yang berikutnya bisa lebih baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasannya mengenai Pewarisan Nilai Pancasila dan pengesahan Dasar Negara.


Penulis,


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pewarisan nilai Pancasila sangat penting keberadaannya dan diturunkan ke ank cucu kita, ini diharapkan aga nilai-nilai yang sangat luhur tersebut tidak punah. Dan nilai-nilai tersebutmerupakan peninggalan yang sangat berharga dari pendahulu kita yang mana telah menyusunnya dengan susah payah demi terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang teratur, berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa dan tak selalu memikirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, serta banyak lagi hal penting lain yang bisa diwujudkan dari pengamalan nilai-nilai Pancasila tersebut.
Sebagai orang yang tahu and mengerti betapa pentingnya nilai tersebut, kita harus berusaha untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila tersebut ke generasi penerus kita, yang mana akan menjadi pemimpin yang selanjutnya yang bisa membawa bangsa kita ini ke arah yang lebih baik atau bisa juga ke arah sebaliknya, hal itu tergantung dari penanaman nilai, norma, serta moral yang kita ajarkan ke generasi penerus kita.
Sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan mengerti, kita harus tahu bagaimana terbentuknya dasar negara kita, karena dengan mengetahui hal tersebut, kita paling tidak bisa merasakan perjuangan yang dilakukan oleh pendahulu kita, dari semangat ingin memerdekakan bangsa dan menyusun segala keperluan bangsa kita demi berjalannya roda pemerintahan agar rakyat Indonesia bisa sejahtera dan makmur.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan kedudukan nilai, norma, dan moral dalam masyarakat!
2. Apa saja nilai-nilai Pancasila dalam sosio-budaya Bangsa Indonesia?
3. Jelaskan tentang pewarisan nilai-nilai Pancasila!
4. Jelaskan mengenai pelestarian nilai-nilai Pancasila!
5. Bagaimana sejarah terbentuknya dasar negara serta pengesahannya?
6. Jelaskan tentang PPKI serta fungsinya!
7. Apa hubungan antara Dasar Negara Pancasila dengan UUD 1945?
C. Rumusan Tujuan
1. Menjelaskan kedudukan nilai, norma, dan moral dalam masyarakat.
2. Menjelaskan nilai-nilai Pancasila dalam sosio-budaya Bangsa Indonesia.
3. Menjelaskan tentang pewarisan nilai-nilai Pancasila.
4. Menjelaskan sejarah terbentuknya dasar Negara serta pengesahannya.
5. Menjelaskan mengenai PPKI serta fungsinya.
6. Menjelaskan hubungan antara Dasar Negara Pancasila dengan UUD 1945.
D. Manfaat
Menambah wawasan kita mengenai pewarisan Pancasila dan pengesahan dasar Negara, yang mana kita sebagai warga negara Indonesia harus memiliki wawasan tersebut.


















BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan nilai, norma, dan moral dalam masyarakat
Nilai
Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai kolektifitas dalam masyarakat berbuat, bertingkah, dan bersikap senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, nilai, dan moral. Demikian pula ketika manusia tumbuh dan berkembang selalu berada dalam ruang lingkup interaksi nilai, norma, dan moral yang akan memberi motivasi dan arah.
Nilai adalah suatu yang berharga, yang berguna, yang indah, dan yang memperkaya batin. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku manusia.
Nilai adalah sistem sebagai wujud kebudayaan yang abstrak karena mengandung cita-cita, gagasan, konsep, dan ide tentang sesuatu.
Dilihat dari proses kehidupan budayanya, manusia selalu berusaha agar lingkungan hidupnya dapat dikuasai dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Alport mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat dalam masyrakat menjadi 6 macam yaitu: nulai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai social, nilai politik, dan nilai religi. Sedangkan dalam memilih nilai-nilai tersebut, manusia menempuh berbagai cara yang dapat dibedakan menurut tujuannya, pertimbanganya, penawarannya, dan kenyataan yang ada.
Apabila tujuan penilaian itu untuk mengetahui identitas benda serta kejadian yang ada di sekitarnya terlihat proses penilaian teori yang menghasilkan pengetahuan, ini disebut nilai teori.
Apabila tujuannya untuk menggunakan dan memanfaatkan benda-benda atau kejadian manusia yang dihadapkan pada proses penilaian ekonomi yang mengikuti nalar efisiensi dan menuju kegunaannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, ini disebut nilai ekonomi.
Apabila manusia menilai alam sekitarnya sebagai wujud rahasia kehidupan dan alam semesta ini disebut nilai religi yang dipersepsikan sebagai suatu yang suci, kudus, dan menggetarkan.
Apabila manusia menilai mencoba memahami yang indah dan mempunyai nilai seni, maka itu berarti manusia berhadapan dengan proses nilai estetika. Nilai social berorientasi kepada hubungan antara manusia dan menekankanpada segi-segi kehidupan yang luhur. Sedangkan nilai politik berpudat pada kekuasaan serta pengaruh yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik.
Menurut Prof. Notonegoro, niali-nilai dibagi menjadi 3 kategaori :
1. Nilai material : segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia
2. Nilai vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktifitasnya.
3. Nilai kerohanian : segal;a sesuatu yang berguna bagi rohani manusia yang dapat dirincikan menjadi nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai moral, dan nilai religi.
Norma
Merupakan petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kecenderungan manusia untuk memelihara hubungan dengan Tuhan, masyarakat, dan alam sekitarnya sehingga sangat diperlukan berbagai penyesuaian agar mampu mempertahankan eksistensinya.
Norma sesungguhnya perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral, dan religi. Suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi, oleh karena itu norma dalam kenyataanya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial.

Moral
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seseorang yang taat kepada aturan, kaedah, norma yang berlaku dalam masyarakat dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya yang terjadi, maka seseorang dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa aturan, prinsip-prinsip yang benar, yang terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, Negara dan bangsa. Moralpun dapat dibedakan menjadi moral ketuhanan atau moral agama, moral filsafat, moral hukum, etika,dan lain-lain.
Dalam pancasila terdapat himpunan nilai-nilai dasar yang merupakan nilai-nilai moral yang apabila dilaksanakan harkat dan martabat manusia Indonesia dapat menjadi bermutu dan bermutu.
B. Nilai-nilai Pancasila dalam sosio-budaya Bangsa Indonesia
1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Negara Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan demikian Negara member jaminan kepada rakyatnya untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Tidak boleh ada pertentangnan dalam hal percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga tidak boleh ada faham yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa atau Atheisme. Hanya dengan konsekuensi kebebasab memilihdan memeluk agama sesuai dengan keyakinan dan jaminan keamanan menjalankan ibadah masing-masing.
Sebagai sila pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai, mendasari dan membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara Republik Indonesia yang berdaulat penuh, yang bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dalam permusyawaratan/perwakilan guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila ini mengandung kesadaran, martabat, dan derajat manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani dalam hubungan dengan norma-norma kebudayaan pada umumnya.
Nilai-nilai sila ini merupakan refleksi dari martabat serta harkat manusia yang bersifat universal bahkan mendunia. Dalam sila inipun mengandung nilai cinta kasih terhadap sesame yang harus dikembangkan, nilai etis yang menghargai keberanian untuk membela kebenaran, santun dan menghormati harkat kemanusiaan.
3. Nilai Persatuan Indonesia
Persatuan yang dimaksudkan meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti idiologis, ekonomis, politik, sosial, budaya, dan keamanan. Persatuan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta kebudayaannya.
4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Peradilan
Asas demokrasi merupakan nilai yang dikandung dalam sila ini, yang bersumber dari nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotong royongan. Sila ini mencerminkan bahwa kemauan rakyat mengandungnilai kebenaran dan keabsahan yang tinggi, dengan mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat yang didahulukan. Sila inipu menghargai sikap etis berupa tanggung jawab yang harus ditunaikan sebagai amanah seluruh rakyat serta pengakuan atas nilai kebenaran dan keadilan dalam menegakan kehidupan yang sejahtera dan adil.
5. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan yang dimaksud dalam sila in yaitu keadilan yang berlaku menyeluruh dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik material maupun spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia yang bearti setiap orang yang berdiam di tanah air maupun yang bertempat tinggal di Negara asing.
Keadilan sosial juga mengandung arti bahwa Negara menjamin setiap rakyat Indonesia diperlakukan dengan adil dalam bidang hukum, ekonomi, kebudayaan, dan sosial.
Dalam hal ini kepentngan pribadi tidak dikorbankan demi kepentingan umum atau kepentingan masyarakat, dan kepentingan umum tidak dikorbankan demi kepentingan pribadi atau yang ditujukan untuk segolongan kecil orang-orang berkuasa yang ingin meindas golongan rakyat yang lebih banyak. Jadi nilai yang terkandung dalam sila kelima ini antara lain nilai keselarasan, keseimbangan, dan keserasian yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh rakyat Indonesia tanpa membedakan asal suku, agama yang dianut, keyakinan politik, serta tingkat ekonominya.

C. Pewarisan nilai-nilai Pancasila
Pewarisan nilai-nilai Pancasila yang dimaksud adalah dari generasi tua ke generasi penerus, dalam arti semakin mematangkan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar Negara Indonesia dalam jiwa generasi muda. Sebagai kewajiban dan tugas pokok generasi tua agar generasi muda mampu mengatasi arus dunia modern yang serba kompleks dan penuh tantangan.
Perkembangan teknologi yang sungguh cepat dari tahun ke tahun dengan segala macam implikasi dan efek sampingnya merupakan tantangan yang utama bagi generasi muda karena kenyataan membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak yang luar biasa dalam perkembangan kehidupan masyarakat baik positif maupun negated. Perubahan terjadi dalam segala bidang kehidupan. Contohnya ketika revolusi industri yang mengakibatkan munculnya kolonialisme dan imperialisme.
Dengan perkembangan dan kemajuan tersebut mempengaruhi sikap dan peradaban manusia mulai dari tempat tinggal, cara berpakaian, cara berkomunikasi, sopan santun, adat istiadat, bahkan cara pengolahan makanan, itu semua termasuk dalam pembagian kebutuhan fisik. Sedangkan agama sebagai bagian dari kebutuhan rohani masih tetap lestari, bahkan dapat memanfaatkan kemajuan-kemajuan tersebutuntuk mempermudah hal-hal yang berkaitan dengan agama. Untuk syiar agama dapat menggunakan media komunikasi, informasi, dan transportasi yang sudah begitu canggih, misalnya naik haji tidak lagi dilakukan berbulan-bulan atau bertahun-tahun, adanya mikrofon untuk berkhotbah, penerangan agama melalui televise, dan banyak lagi contoh yang lain.
Namun dibalik itu semua tentunya ada dampak negative atu adanya godaan-godaan terhadap para pemeluk agama, juga akan mempengaruhi nilai-nilai sosial dan budaya dalam masyarakat. Bahkan masuknya kebudayaan luar semakin deras mengalir. Untuk menjadi filter semua yang bersifat negatif tersebut, tentunya pandangan hidup (filsafat hidup) Pancasila yang juga sebagai dasar Negara dapat dijadikan senjata yang paling ampuh untuk mempertahankan dan memelihara nilai-nilai luhur budaya dan kepribadian bangsa yang tidak sesuai dengan Pancasila ditolak, yang cocok dan menguntungkan diambil.
Membangun masyarakat modern adalah kebutuhan dan tuntutan zaman, namun kepribadian yang berasaskan nilai-nilai Pancasila harus tetap dipertahankan, karena hanya dengan mewariskan nilai-nilai luhur Pancasila bangsa ini menjadi besar dan kokoh. Sekuat apapun goncangan sosial, ekonomi, dan budaya yang diakibatkan pengaruh kemajuan iptek baik di bidang komunikasi, informasi, dan transportasi, apabila bangsa ini setia kepada Pancasila, maka papun yang dihadapi akan tetap dapat diatasi dengan baik dan benar.

D. Terbentuknya Dasar Negara serta pengesahannya.
Pada tanggal 7 September 1944, dalam sidang istimewa Parlemen Jepang (Teiko Gikai) yang ke 85 di Tokyo. Perdana Menteri Koiso mengumumkan tentang Pendidikan Pemerintahan Kemaharajaan Jepang bahwa Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan untuk memerdekakan diri dikemudian hari.
Untuk mewujudkan janjinya tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945, Saiko Sikikan Letnan Jendral Kumakichi Harada mengumumkan rencana pembentukan BPUPKI. Pada tanggal 29 Maret 1945 dengan maklumat nomor 23 dibentuklah BPUPKI (Dokuritsu Jumbi Cosakai) atau disingkat “Badan Penyelidik.”
Tujuan dibentuknya Badan Penyelidik adalah untuk menyelidikan dan memeriksa hal-hal penting mengenai kemerdekaan Indonesia, dalam memberikan bahan-bahan yang lebih lengkap bagi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang akan dibentuk kemudian.
Hal-hal yang dianggap penting tersebut adalah yang berkaitan dengan kemungkinan merancangkan dan merumuskan dasar tata negara termasuk urusan pendidikan, urusan tanah, susunan pemerintahan di pusat maupun di daerah, dan tentunya negara baru ini bersifat Asia Timur Raya yang mendukung kebesaran kemaharajaan Jepang.
Dalam menyampaikan pokok-pokok pikirannya pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengemukakan dasar negara yang dinamakan Pancasila yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi Kesejahteraan sosial
4. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Dalam sebuah naskah yang dikenal dengan nama “Piagam Jakarta” yang berbui : alinea I s/d II sama denga Pembukaan UUD 1945 namun ada perbedaan pada kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam Piagam Jakarta disebut sebagai Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

E. PPKI serta fungsinya
Tanggal 7 Agustus 1945 Pemerintah Jepang mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan membubarkan BPUPKI. Tanggal 8 Agustus 1945, Jendral Besar terauchi di Saigon (Vietnam Selatan) memanggil 3 tokoh bangsa Indonesia yaitu Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, dan Dr. Radjiman Wedjoningrat untuk keperluan pembentukan PPKI tersebut.
Pada tanggal 12 Agustus 1945 di Dalat sekita 360 km dari Saigon, Jendral terauchi menyampaikan kepada tiga tokoh Indonesia bahwa kemaharajaan Jepang akan memberikan kemerdekaan Indonesia dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI, Muh. Hatta sebagai wakil ketua, dan Radjiman sebagai anggota.
2. Panitia boleh bekerja sejak tangagl 19 Agustus 1945.
3. Lekas atau tidaknya pekerjaan PPKI diserahkan seluruhnya kepada panitia.
Ketiga tokoh tersebut kembali ke Indonesia tanggal 14 Agustus 1945, menurut rencana PPKI dilantik tanggal 19 Agustus 1945 dan mulai siding tanggal 20 Agustus 1945, dan Indonesia diberi kemerdekaan tanggal 24 Agustus 1945.
Manusia yang merencanakan, tetapi Tuhan menentukan lain. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 sekutu menjatuhkan bom atom berturut-turut di Hiroshima dan Nagasaki, diumumkan resmi di Indonesia pada tanggal 21 Agustus 1945. Pada saat kekosongan kekuasaan itulah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Saat-saat genting menjelang proklamsi kemerdekaan Indonesia terdapat dua kelompok pendapat. Kelompok I : Soekarno-Hatta menhendaki kemerdekaan Indonesia ditempuh melalui ketetapan PPKI. Kelompok II : dari golongan muda menghendaki dengann perebutan kekuasaan, yaitu perjuangan secara fisik tanpa menunggu penentuan dari Jepang.
Setelah melewati jalan panjang dengan tahapan-tahapan yang sangat kritis tercapai mufakat untuk mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan mengambil tempat di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, di tempat kediaman Soekarno tepat jam 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945, berkumandanglah “Proklamasi Kemerdekaan Indonesia” atas nama Soekarno-Hatta.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI dalam sidang pertamanya menetapkan keputusan yang sangat penting bagi kehidupan bangsa yaitu:
1. Menetapkan dan mengesahkan UUD Republik Indonesia yang dikemudian hari dikenal dengan UUD 1945.
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil presiden.

Rancangan UUD hasil karya BPUPKI pada sidangnya tanggal 16 Juli 1945 setelah mengalami perubahan dan penyempurnaan, rancangan inilah yang kemudian ditetapkan dan disahkan oleh PPKI sebagai UUD 1945.
Pada sidang kedua tanggal 19 Agustus 1945 PPKI mengambil keputusan lagi:
1. Menetapkan 12 Departemen di lingkungan pemerintah, Departemen Dalam Negeri, Luar Negeri, Kehakiman, Keuangan, Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran, Sosial, Pertahanan,Penerangan, Perhubungan, dan Pekerjaan Umum.
2. Menetapkan pembagian daerah / wilayah RI menjadi 8 provinsi yaitu Sumatra, Jawa Barat, jawa Tengah. Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.

Pada sidang ketiga tanggal 22 Agustus 1945 PPKI mengambil keputusan membentuk :
1. Komite Nasional
2. Partai nasional
3. Badan Keamanan Rakyat (BKR)

F. Hubungan Dasar Negara Pancasila dengna UUD 1945
Sejak UUD 1945 disahkan tangagal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, maka Pancasila yang tercantum di dalam pembukaan berfungsi sebagai Dasar Negara.
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari : Pembukaan Batang Tubuh (16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan dan Penjelasnnya). Naskah resminya dimuat dan disiarkan dalam “Berita Republik Indonesia Nomor 7 Tahun II tanggal 15 Februari 1946.”
Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 mempunyai sifat hakekat kedudukan serta fungsi pokok kaedah Negara yang fundamental. Oleh karena itu UUD 1945 yang memuat Pancasila itu mempunyai kedudukan yang tetap dan melekat pada kelangsungan hidupi Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Pancasila menjiwai UUD 1945, oleh karena itu UUD 1945 tidak akan dapat dipahami atau akan dilaksanakan secara keliru jika terlebih dahulu memahami dan melaksanakan Pancasila.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pewarisan nilai-nilai Pancasila merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilaksanakan, agar nilai-nilai yang sangat luhur tersebut tidak hilang termakan zaman. Nilai- nilai yang terdapat dalam Pancasila sangat penting demi keutuhan bangsa kita.
Terbentuknya Dasar Negara Pancasila serta UUD 1945 memiliki sejarah yang panjang dan melaui proses yang rumit, karena pada saat itu bangsa kita sedang dijajah oleh negara asing.
B. Saran
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita harus selalu berpedoman terhadap nilai-nilai Pancasila, karena di dalampancasila terdapat nilai-nilai yang sangat luhur dan patut untuk diikuti dan dilaksanakan, dan diharapkan tercipta kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, baik, sejahtera, situasi yang kondusif, dan lain-lain















DAFTAR PUSTAKA

Darmodihardjo, Darji. 1980. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia. Jakarta : Grafindo Persada
Deden, M. Ridwan, dan Nurjulianti, Dewi. 1999. Pembangunan dan Tantangan Demokrasi di Indonesia. Jakarta : LSAF
Gellner, Ernest. 1995. Membangun Masyarakat Sipil. Bandung : Mizan
Ismaun, 1990. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia dan Dasar Negara RI. Bandung : CV Yulianti