Saturday, October 23, 2010

Sejarah Bhatari Ratu Mas/Puteri Cempa/Cina di Pura Majapahit

Menilik sejarah Ratu Mas/Puteri Cempa maka tidak dapat terlepas dari sejarah kerajaan Majapahit yang merupakan sumber keberadaan tempat-tempat pemujaan Leluhur Majapahit samapai saat ini diantaranya pemujaan Ratu Mas/Puteri Cempa itu sendiri. Seperti “Pura Majapahit” tempat pemujaan Leluhur oleh keturunan yang mempunyai Leluhur karena asal-usul orang dari “Leluhur” embah buyut, canggah, udeg-udeg, gantung siwur, Danyang akhirnya dari Tuhan. Semua Leluhur disimbolkan Lingga dan Yoni (kemaluan).
Pada tahun caka 1203 (1281M) dari negeri Cina datang dua orang puteri Raja Ming/Mioo Li (Mauliwarna Dewa) keturunan Tong (Raja Miao Ciang)/ Raja Li. Kerajaan Ming artinya sinar atau surya. Wilayah Cina waktu itu sampai Siam/Campa/Melayu sekarang (Malaya)/Singapura/Lauit Cina Selatan (Nan Hay), belakangan berhasil dikuasai Majapahit dan Cina dikuasai Dinasti Cing/Ming karena Mongol/Khan sudah runtuh, makanya disebut “INDO-CINA” jadi orang yang tinggal di daratan Cina hingga ujung selatan (Melayu) disebut orang Indo Cina. Majapahitpun simbolnya Surya/Sinar, sedangkan symbol raja adalah Macan Putih. Dua puteri Raja Ming/Miao Li tersebut datang lengkap dengan dayang-dayang, pengawal, para Suhu, dan lain-lain, kedua puteri tersebut adalah Dara Jingga dan adiknyaDara Petak (Putih). Kedatangan Putri Cina ini pada zaman Singhasari yaitu pada zaman pemerintahan Sri Kertanegara Caka 1190-1214 (1268-1292 M).
Putri Dara Petak bergelar “Maheswari” diperistri oleh Sri Jayabaya atau Prabu Brawijaya/Bhere Wijaya/Sri Wijaya. Raja Majapahit pertama yang bergelar “Sri Kerta Rejasa Jaya Wisnu Wardana” pada tahun Caka 1216-1231 (1294-1309 M yang selanjutnya menurunkan perati sentana/keturunan bernama “Kala Gemet” yang menjadi Raja majapahit kedua pada tahun 1309-1328 M, yang bergelar “Jaya Negara.”
Sedangkan Putri Dara Jingga yang bergelar “Indreswari” Li Yu Lan dan Stri Tinuhanengpura (yang dituakan di Pura Singosari dan Majapahit) diperistri oleh Sri Jayasabha yang bergelar “Sri Indrawarman” atau “Hyang Wisesa.” Gelar Li adalah dari Raja Tong “Li Ti (Li Wang Ti) yang mengirim putri macan putih ke kahuripan, Sri Jayasabha adalah pembesar Singosari dengan pangkat “Maha Menteri” atau dalam lontar dikenal “ Dara Jingga arabi Dewa Sang Bhatara Adwaya Brahma” yang selanjutnya menurunkan putra sebanyak enam orang laki-laki yaitu : Sri Cakr Dara, Arya Dhamar yang disebut juga Arya Teja alias Kiyai Nala atau Adityawarman, Arya Kenceng, Arya Kuthawaringin, Arya Sentong, dan Arya Pudak yang kemudian menjadi Penguasa/Raja Bali.